STUDY TOUR DI LABORATORIUM
GEOSPASIAL
PARANGTRITIS YOGYAKARTA
Oleh: Wardiyanto
Sejarah Dan Sekilas
Tentang Laboraturium Geospasial
Parangtritis merupakan daerah pesisir pantai
selatan di kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta yang lebih dikenal sebagai tempat
wisata alam dan budaya, tepatnya di kabupaten Bantul. Seiring dengan
berjalannya waktu daerah pesisir ini mengalami perkembangan yang signifikan
termasuk banyak aktivitas penduduk yang
memanfaatkan
sumber daya yang tersedia. Tetapi, pengelolaan wilayah ini sampai saat ini
belum cukup memenuhi tujuan dari perlindungan dan pemanfaatan yang
berkelanjutan dari sumberdaya pesisir dan laut tersebut. Dikhawatirkan akan
menimbulkan kerusakan lingkungan pesisir yang disebabkan : (1) Tidak
ada/lemahnya pendekatan terpadu dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan
pesisir, (2) tidak/ada/lemahnya informasi dan data sebagai dasar dalam
pengambilan kebijakan pengelolaan, (3) kurangnya transparansi dalam
pengalokasian pemanfaatan sumberdaya dan (4) kurangnya keterlibatan masyarakat
lokal dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam.
Karena
itu, pada tanggal 25 Agustus 2001 dibangunlah
Laboratorium Pengelolaan Sumberdaya Ekosistem Pesisir (Geospasial).
Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis merupakan wujud kerjasama antara
Badan Informasi Geospasial (BIG) yang dulunya dikenal dengan nama Bakosurtanal,
dengan Fakultas Geografi UGM dan Pemerintah Kabupaten Bantul. Tugas utamanya
adalah melakukan riset yang berhubungan dengan segala sesuatu tentang
kepesisiran. Diantaranya tentang gumuk pasir yang membentang luas di pesisir
pantai desa Parangtritis dan merupakan satu fonomena alam yang unik, peta
potensi ikan bagi nelayan dan pembuatan basis data spasial. Selain itu,
tujuan Pengelolaan Sumberdaya Ekosistem Pesisir (Geospasial) antara lain:
1.
Penelitian dan Aplikasi
Teknologi Geospasial untuk menunjang Kajian Potensi Sumberdaya Alam Wilayah
Pesisir dan Laut bagi Kesejahteraan Masyarakat
2.
Mengembangkan Inovasi
riset aplikatif, pendidikan, dan sosialisasi hasil-hasil temuan penelitian
potensi sumberdaya alam pesisir dan laut
3.
Mengembangkan manfaat
kekayaan sumberdaya pesisir dan laut bagi kesejahteraan masyarakat
Kegiatan rutin yang dilakukan Pengelolaan
Sumberdaya Ekosistem Pesisir (Geospasial) adalah sebagai berikut:
1.
Pembangunan fasilitas
Gedung A, B, C selesai Desember 2005.
2.
Penyusunan Tipologi pantai Indonesia
(Kerjasama BAKOSURTANAL dengan Fakultas Geografi UGM).
3.
Pemasangan Stasiun Pasang-Surut di
Pantai Sadeng.
4.
Pemasangan Solar Sell oleh BPPT di
Laboratorium Parangtritis & Pemasangan Kincir angin untuk listrik serta
Perekaman data klimatologi (kecepatan dan arah angin, temperatur, humiditi
dan intensitas penyinaran matahari.
5.
Ekspedisi Geografi di Pantai Selatan Jawa dan
Pulau Terselatan Indonesia (Rote) bulan Agustus 2005 bersamaan dengan
agenda Ristek.
Jam buka laboratorium untuk mereka
yang ingin berkunjung ke sini adalah 24 jam. Sedangkan jam buka kantor dari jam
08.00 sampai 16.00. Selain mempelajari tentang gumuk pasir, pengunjung juga
dapat menikmati berbagai kejadian yang berhubungan dengan pantai dan pesisir di
berbagai daerah dan belahan bumi melalui video di ruang pertemuan.
KEADAAN DAN ISI MUSEUM
Laboratorium yang terletak diatas
lahan pasir seluas 2 ha di dusun Depok desa Parangtritis ini, terdiiri dari 6
unit bangunan utama. 1 unit bangunan untuk kantor, 1 unit yang berbentuk
piramid untuk ruang pertemuan yang juga dapat digunakan untuk kegiatan
penyuluhan, seminar dan diskusi, 1 unit bangunan museum tentang segala jenis
pasir pantai dan bebatuan serta karang laut, 1 unit bangunan yang menghubungkan
bangunan piramid dengan museum yang dikenal dengan lorong pengetahuan, 1 unit
kantin dan 1 unit mess.
Tiga bangunan utama yang ada di
sana, mencoba menggambarkan proses terjadinya gumuk pasir itu sendiri. Bangunan
berbentuk piramid menggambarkan gunung merapi yang sering erupsi dan
menghasilkan pasir. Pasir dari gunung merapi tersebut mengalir ke laut melalui
kali Opak, yang digambarkan dengan bangunan lorong pengetahuan. Sedangkan
museum pasir, bebatuan dan karang laut, menggambarkan gumuk pasir yang ada di
Parangtritis. Pasir yang terbawa ke laut dihempas kembali ke tepian oleh
gelombang laut dan setelah kering tertiup oleh angin tenggara yang cukup kuat
sehingga terbentuklah gumuk pasir itu.
Di laboratorium ini, pengunjung
dapat mengetahui dan mempelajari berbagai jenis pasir, karang laut dan bebatuan
pantai, proses terjadinya dan dinamika gumuk pasir di Parangtritis serta
melihat alat-alat yang digunakan untuk membuat peta. Juga dapat melakukan
penelitian tentang gumuk pasir itu sendiri, menikmati keunikan gumuk pasir,
melakukan kemping maupun outbond. Wisatawan yang berkunjung biasanya
berombongan, dan jarang pengunjung individu yang melakukan kunjungan.
Adapun alat-alat yang terdapat di Laboratorium Pengelolaan Sumberdaya Ekosistem Pesisir
(Geospasial) antara lain sebagai berikut:
1.
Echosounder
Adalah : Suatu alat navigasi elektronik dengan menggunakan system gema yang
dipasang pada dasar kapal yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan,
mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan untuk mendeteksi gerombolan ikan
dibagian bawah kapal secara vertical. Fungsi-fungsinya adalah
a. Pengidentifikasian
Jenis-jenis Lapisan Sedimen Dasar Laut (Subbottom Profilers).
- Pemetaan Dasar Laut (Sea bed
Mapping).
- Pencarian kapal-kapal karam di dalam
laut.
- Penentuan jalur pipa dan kabel
dibawah dasar laut.
- Analisa Dampak Lingkungan di
Dasar laut.
Gambar Echosounder
2.
Pluviometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk menakar hujan. Alat ini tidak dapat mencatat sendiri. Corong alat yang mempunyai bak penampung air hujan yang berbentuk silindris dan gelaspenakar hujan dengan skala sampai 25 mm ini harus ditaruh di tempat yang terbuka dan
datar, dipasang dengan cara menyekrupnya pada balok kuat yang sudah dicat putih dan ditanam pada pondasi beton. Tinggi corong dari permukaan tanah ialah 120 cm.
3.
Stereoskop
adalah alat yang biasanya digunakan untuk melihat bentuk tiga dimensi pasangan
foto udara. Fungsinya adalah mengatur agar mata kiri hanya melihat pasangn foto
sebelah kiri dan mata kanan hanya melihat pasangan foto sebelah kanan.
Gambar
stereoskop
4. Flowatch adalah
Alat pengukur Multifungsi dapat mengukur kecepatan Arus Air,
debit sungai, dan Laut juga dapat mengukur kecepatan angin.
Gambar Flowatch
5.
Hygrometer
disebut juga surveyor merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kadar air
dari udara, atau gas lainnya. Higrometer bekerja pada penyerapan yang
menggunakan bahan kimia higroskopis yang menyerap dan melepaskan kelembaban,
tergantung pada keadaan yang mengelilinginya.
Selain
yang telah dipaparkan, masih banyak lagi alat-alat yang ada di Laboraturium
Geospasial yang terpajang rapi di rak-rak dan meja-meja display.
Di dalam museum Geospasial, masih
banyak koleksi yang dipajang dan semuanya dapat dijadikan ilmu baru untuk
mahasiswa maupun pelajar yang berkunjung. Di dalam museum juga terdapat
foto-foto tentang tsunami Aceh, gambar peta gumuk pasir, aneka batu-batuan dan
mineral, miniatur laboraturium geospasial, miniatur gumuk pasir, serta partikel atau jenis pasir yang
terkandung di gumuk pasir.
Pengunjung akan dipandu oleh petugas
dengan memberikan penjelasan tentang proses terjadinya gumuk pasir, penjelasan
tentang isi museum dan proses pembuatan basis data geospasial, memperlihatkan
video berbagai kejadian tentang pantai dan pesisir.
GUMUK PASIR
Pengertian Gumuk Pasir
Gumuk Pasir atau Sand Dune merupakan sebuah
bentukan alam karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean (eolean
morphology). Angin yang membawa pasir akan membentuk bermacam-macam bentuk
dan tipe gumuk pasir.
Bentang alam (morphology)
ini sering dijumpai di daerah gurun.
Namun menariknya walaupun Indonesia ini beriklim tropis yang banyak hujan
ternayat ada juga daerah di Indonesia yang memiliki bentang alam yang unik ini.
Gumuk Pasir di Indonesia sebuah kawasan yang
terbentang sepanjang 15,7 kilometer dari hilir Sungai Opak menuju Pantai
Parangtritis dan 2 kilometer dari garis pantai, berisikan hamparan pasir halus.
Dengan kata lain, ini sangat mirip dengan gurun pasir yang terdapat di tanah Arab
sana.
Gumuk Pasir merupakan fenomena alam berupa
gundukan-gundukan pasir menyerupai bukit akibat dari pergerakan angin. Istilah
gumuk sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti gundukan atau sesuatu yang
menyembul dari permukaan yang datar. Terjadinya Gumuk Pasir tak bisa lepas dari
keberadaan Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Kali Opak, Kali Progo, dan Pantai
Parangtritis.
Proses Terjadinya Gumuk Pasir
Proses
terbentuknya gumuk pasir di Parangtritis berawal dari gunung merapi yang
bererupsi atau mengeluarkan material vulkanik. Material tersebut berupa awan
panas beserta debu, pasir, lahar panas dan lahar dingin, serta batu-batuan,
mengalir ke sungai yang berhulu di merapi seperti sungai bedog, boyong, opak,
gendol, dll. Sungai-sungai yang membaawa material vulkanik berkumpul membentuk
suatu daerah aliran sungai dan menuju ke muara opak.
Sampai di
muara, material vulkanik tersebut dihantam ombak laut selatan yang menggerus
pasir menjadi butir an-butiran pasir halus. Deburan
ombak dapa mengubah pasir menjadi butiran sangat halus berukuran 0,02 mikron,
sehingga mampu diterbangkan oleh angin dengan kecepatan 2m/s.
Aktivitas
ombak dalam pembentukan gumuk pasir tidaak berhenti sampai di sini saaja. Pasir
halus yang sudah terbentuk tadi kemudian diendapkan menuju ke tepi pantai.
Sesampainya di tepi pantai, pasir yang basah tersebut mengalami pengeringan
secara terus menerus oleh matahari. Pasir yang kering terbawa tiupan angin
menuju daratan.
Pasir
yang terbawa angin mengendap di daratan secara terus menerus. Endapan semaakin
banyak dan berkembang menjadi gundukan-gundukan pasir. Gundukan-gundukan pasir
ini kemudian disebut Gumuk Pasir (Sand Dune. Gumuk pasir yang terbentuk memiliki cirri khas sesuai
arah hembusan angin. Adanya
bukit karst yang terletak di sebelah timur parangtritis menyebabkan hembusan
angin dari arah tenggara lebih kuat, sehingga pola gumuk pasir menghadap ke
arah tenggara.
Bentuk Gumuk Pasir
Angin yang membawa pasir dari pantai
akan membentuk bermacam-macam bentuk dan tipe gumuk pasir, yang dipengaruhi
oleh faktor arah angin dan material penghalang proses pembentukan berupa
vegetasi. Ada beberapa bentuk dan tipe gumuk pasir, yaitu :
1.
Tipe bulan sabit (Barchanoid dunes)
Bentuk gumuk pasir ini
menyerupai bulan sabit yang terbentuk pada daerah sedikit berpenghalang, dengan
kemiringan asimetri. Bagian lereng yang menghadap angin lebih landai daripada
yang membelakangi angin. Ketinggian gumuk pasir biasanya antara 5 – 15 meter.
Sebagian besar gumuk pasir di parangtritis bertipe bulan sabit.
2.
Tipe melintang (Transverse dunes)
Bentuk gumuk pasir tipe
melintang seperti ombak yang tegak lurus terhadap arah angin. Gumuk pasir ini
terbentuk di daerah tidak berpenghalang dan cadangan pasirnya banyak. Apabila
cadangan pasirnya berkurang, maka gumuk pasir tipe melintang akan berubah
menjadi tipe bulan sabit.
3.
Tipe parabola (parabolic dunes)
Bentuk gumuk pasir
parabola hampir sama dengan tipe bulan sabit, yang membedakan adalah arah
angin. Gumuk pasir parabola arahnya menghadap arah angin.
4.
Tipe memanjang (Longitudinal dunes)
Gumuk pasir tipe
memanjang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain yang searah dengan gerakan
angin. Perubahan arah angin membentuk celah yang terus menerus mengalami erosi
sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.
Syarat pembentukan gumuk pasir :
a. Pantai landai
b. Tersedia pasir sebagai pemasok
material
c. Gelombang mampu menghempaskan pasir
ke darat
d. Arus sepanjang pantai kuat, beda air
pasang dan surut cukup besar
e. Ada pembedaan tegas antar musim
kemarau dengan musim hujan
Hal-Hal
Yang Dapat Mempengaruhi Gumuk Pasir
Gumuk
pasir merupakan akumulasi pasir lepas berupa gundukan teratur hasil kerja dan
pengaruh komponen-komponen :
a. jumlah pasir yang diendapkan teratur
ke laut,
b. ombak yang memindahkan pasir dari
laut ke darat,
c. intensitas sinar matahari yang
mengeringkan pasir di pantai,
d. intensitas dan kemenerusan angin
yang memindahkan pasir,
e. tebing penghambat gerak angin dan
sebaran pasir,
f. vegetasi, dan
g. dinamika budaya masyarakat.