Translate

Monday, December 16, 2013

Gumuk Pasir Parangtritis Yogyakarta

STUDY TOUR DI LABORATORIUM GEOSPASIAL
PARANGTRITIS YOGYAKARTA
Oleh: Wardiyanto


Sejarah Dan Sekilas Tentang Laboraturium Geospasial
Parangtritis merupakan daerah pesisir pantai selatan di kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta yang lebih dikenal sebagai tempat wisata alam dan budaya, tepatnya di kabupaten Bantul. Seiring dengan berjalannya waktu daerah pesisir ini mengalami perkembangan yang signifikan termasuk banyak aktivitas penduduk yang
memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Tetapi, pengelolaan wilayah ini sampai saat ini belum cukup memenuhi tujuan dari perlindungan dan pemanfaatan yang berkelanjutan dari sumberdaya pesisir dan laut tersebut. Dikhawatirkan akan menimbulkan kerusakan lingkungan pesisir yang disebabkan : (1) Tidak ada/lemahnya pendekatan terpadu dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan pesisir, (2) tidak/ada/lemahnya informasi dan data sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan pengelolaan, (3) kurangnya transparansi dalam pengalokasian pemanfaatan sumberdaya dan (4) kurangnya keterlibatan masyarakat lokal dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam.
Karena itu, pada tanggal 25 Agustus 2001 dibangunlah Laboratorium Pengelolaan Sumberdaya Ekosistem Pesisir (Geospasial). Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis merupakan wujud kerjasama antara Badan Informasi Geospasial (BIG) yang dulunya dikenal dengan nama Bakosurtanal, dengan Fakultas Geografi UGM dan Pemerintah Kabupaten Bantul. Tugas utamanya adalah melakukan riset yang berhubungan dengan segala sesuatu tentang kepesisiran. Diantaranya tentang gumuk pasir yang membentang luas di pesisir pantai desa Parangtritis dan merupakan satu fonomena alam yang unik, peta potensi ikan bagi nelayan dan pembuatan basis data spasial. Selain itu, tujuan Pengelolaan Sumberdaya Ekosistem Pesisir (Geospasial) antara lain:
1.        Penelitian dan Aplikasi Teknologi Geospasial untuk menunjang Kajian Potensi Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir dan Laut bagi Kesejahteraan Masyarakat
2.        Mengembangkan Inovasi riset aplikatif, pendidikan, dan sosialisasi hasil-hasil temuan penelitian potensi sumberdaya alam pesisir dan laut
3.        Mengembangkan manfaat kekayaan sumberdaya pesisir dan laut bagi kesejahteraan masyarakat
Kegiatan rutin yang dilakukan Pengelolaan Sumberdaya Ekosistem Pesisir (Geospasial) adalah sebagai berikut:
1.      Pembangunan fasilitas Gedung A, B, C selesai Desember 2005.
2.      Penyusunan Tipologi pantai Indonesia (Kerjasama BAKOSURTANAL dengan Fakultas Geografi UGM).
3.      Pemasangan Stasiun Pasang-Surut  di Pantai Sadeng.
4.      Pemasangan Solar Sell oleh BPPT di Laboratorium Parangtritis & Pemasangan Kincir angin untuk listrik serta Perekaman data klimatologi (kecepatan dan arah  angin, temperatur, humiditi dan intensitas penyinaran matahari.
5.      Ekspedisi Geografi di Pantai Selatan Jawa dan Pulau Terselatan Indonesia (Rote) bulan  Agustus 2005 bersamaan dengan agenda Ristek.
Jam buka laboratorium untuk mereka yang ingin berkunjung ke sini adalah 24 jam. Sedangkan jam buka kantor dari jam 08.00 sampai 16.00. Selain mempelajari tentang gumuk pasir, pengunjung juga dapat menikmati berbagai kejadian yang berhubungan dengan pantai dan pesisir di berbagai daerah dan belahan bumi melalui video di ruang pertemuan.

KEADAAN DAN ISI MUSEUM
Laboratorium yang terletak diatas lahan pasir seluas 2 ha di dusun Depok desa Parangtritis ini, terdiiri dari 6 unit bangunan utama. 1 unit bangunan untuk kantor, 1 unit yang berbentuk piramid untuk ruang pertemuan yang juga dapat digunakan untuk kegiatan penyuluhan, seminar dan diskusi, 1 unit bangunan museum tentang segala jenis pasir pantai dan bebatuan serta karang laut, 1 unit bangunan yang menghubungkan bangunan piramid dengan museum yang dikenal dengan lorong pengetahuan, 1 unit kantin dan 1 unit mess. 
Tiga bangunan utama yang ada di sana, mencoba menggambarkan proses terjadinya gumuk pasir itu sendiri. Bangunan berbentuk piramid menggambarkan gunung merapi yang sering erupsi dan menghasilkan pasir. Pasir dari gunung merapi tersebut mengalir ke laut melalui kali Opak, yang digambarkan dengan bangunan lorong pengetahuan. Sedangkan museum pasir, bebatuan dan karang laut, menggambarkan gumuk pasir yang ada di Parangtritis. Pasir yang terbawa ke laut dihempas kembali ke tepian oleh gelombang laut dan setelah kering tertiup oleh angin tenggara yang cukup kuat sehingga terbentuklah gumuk pasir itu.
Di laboratorium ini, pengunjung dapat mengetahui dan mempelajari berbagai jenis pasir, karang laut dan bebatuan pantai, proses terjadinya dan dinamika gumuk pasir di Parangtritis serta melihat alat-alat yang digunakan untuk membuat peta. Juga dapat melakukan penelitian tentang gumuk pasir itu sendiri, menikmati keunikan gumuk pasir, melakukan kemping maupun outbond. Wisatawan yang berkunjung biasanya berombongan, dan jarang pengunjung individu yang melakukan kunjungan. 
Adapun alat-alat yang terdapat di Laboratorium Pengelolaan Sumberdaya Ekosistem Pesisir (Geospasial) antara lain sebagai berikut:
1.        Echosounder Adalah : Suatu alat navigasi elektronik dengan menggunakan system gema yang dipasang pada dasar kapal yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan, mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan untuk mendeteksi gerombolan ikan dibagian bawah kapal secara vertical. Fungsi-fungsinya adalah
a.       Pengidentifikasian Jenis-jenis Lapisan Sedimen Dasar Laut (Subbottom Profilers).
  1. Pemetaan Dasar Laut (Sea bed Mapping).
  2. Pencarian kapal-kapal karam di dalam laut.
  3. Penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut.
  4. Analisa Dampak Lingkungan di Dasar laut.

 
Gambar Echosounder










2.        Pluviometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk menakar hujan. Alat ini tidak dapat mencatat sendiri. Corong alat yang mempunyai bak penampung air hujan yang berbentuk silindris dan gelaspenakar hujan dengan skala sampai 25 mm ini harus ditaruh di tempat yang terbuka dan datar, dipasang dengan cara menyekrupnya pada balok kuat yang sudah dicat putih dan ditanam pada pondasi beton. Tinggi corong dari permukaan tanah ialah 120 cm.

3.        Stereoskop adalah alat yang biasanya digunakan untuk melihat bentuk tiga dimensi pasangan foto udara. Fungsinya adalah mengatur agar mata kiri hanya melihat pasangn foto sebelah kiri dan mata kanan hanya melihat pasangan foto sebelah kanan.
Gambar stereoskop








4.       Flowatch adalah Alat pengukur Multifungsi dapat mengukur kecepatan Arus Air, debit sungai, dan Laut juga dapat mengukur kecepatan angin.
Gambar Flowatch








5.        Hygrometer disebut juga surveyor merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kadar air dari udara, atau gas lainnya. Higrometer bekerja pada penyerapan yang menggunakan bahan kimia higroskopis yang menyerap dan melepaskan kelembaban, tergantung pada keadaan yang mengelilinginya.
Selain yang telah dipaparkan, masih banyak lagi alat-alat yang ada di Laboraturium Geospasial yang terpajang rapi di rak-rak dan meja-meja display.
Di dalam museum Geospasial, masih banyak koleksi yang dipajang dan semuanya dapat dijadikan ilmu baru untuk mahasiswa maupun pelajar yang berkunjung. Di dalam museum juga terdapat foto-foto tentang tsunami Aceh, gambar peta gumuk pasir, aneka batu-batuan dan mineral, miniatur laboraturium geospasial, miniatur gumuk pasir,  serta partikel atau jenis pasir yang terkandung di gumuk pasir.
Pengunjung akan dipandu oleh petugas dengan memberikan penjelasan tentang proses terjadinya gumuk pasir, penjelasan tentang isi museum dan proses pembuatan basis data geospasial, memperlihatkan video berbagai kejadian tentang pantai dan pesisir.

GUMUK PASIR

Pengertian Gumuk Pasir
Gumuk Pasir atau Sand Dune merupakan sebuah bentukan alam karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology). Angin yang membawa pasir akan membentuk bermacam-macam bentuk dan tipe gumuk pasir.
Bentang alam (morphology) ini sering dijumpai di daerah gurun. Namun menariknya walaupun Indonesia ini beriklim tropis yang banyak hujan ternayat ada juga daerah di Indonesia yang memiliki bentang alam yang unik ini.
Gumuk Pasir di Indonesia sebuah kawasan yang terbentang sepanjang 15,7 kilometer dari hilir Sungai Opak menuju Pantai Parangtritis dan 2 kilometer dari garis pantai, berisikan hamparan pasir halus. Dengan kata lain, ini sangat mirip dengan gurun pasir yang terdapat di tanah Arab sana.
Gumuk Pasir merupakan fenomena alam berupa gundukan-gundukan pasir menyerupai bukit akibat dari pergerakan angin. Istilah gumuk sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti gundukan atau sesuatu yang menyembul dari permukaan yang datar. Terjadinya Gumuk Pasir tak bisa lepas dari keberadaan Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Kali Opak, Kali Progo, dan Pantai Parangtritis.

Proses Terjadinya Gumuk Pasir

            Proses terbentuknya gumuk pasir di Parangtritis berawal dari gunung merapi yang bererupsi atau mengeluarkan material vulkanik. Material tersebut berupa awan panas beserta debu, pasir, lahar panas dan lahar dingin, serta batu-batuan, mengalir ke sungai yang berhulu di merapi seperti sungai bedog, boyong, opak, gendol, dll. Sungai-sungai yang membaawa material vulkanik berkumpul membentuk suatu daerah aliran sungai dan menuju ke muara opak.
            Sampai di muara, material vulkanik tersebut dihantam ombak laut selatan yang menggerus pasir menjadi butir an-butiran pasir halus. Deburan ombak dapa mengubah pasir menjadi butiran sangat halus berukuran 0,02 mikron, sehingga mampu diterbangkan oleh angin dengan kecepatan 2m/s.
            Aktivitas ombak dalam pembentukan gumuk pasir tidaak berhenti sampai di sini saaja. Pasir halus yang sudah terbentuk tadi kemudian diendapkan menuju ke tepi pantai. Sesampainya di tepi pantai, pasir yang basah tersebut mengalami pengeringan secara terus menerus oleh matahari. Pasir yang kering terbawa tiupan angin menuju daratan.
            Pasir yang terbawa angin mengendap di daratan secara terus menerus. Endapan semaakin banyak dan berkembang menjadi gundukan-gundukan pasir. Gundukan-gundukan pasir ini kemudian disebut Gumuk Pasir (Sand Dune. Gumuk pasir yang terbentuk memiliki cirri khas sesuai arah hembusan angin. Adanya bukit karst yang terletak di sebelah timur parangtritis menyebabkan hembusan angin dari arah tenggara lebih kuat, sehingga pola gumuk pasir menghadap ke arah tenggara.
           
Bentuk Gumuk Pasir
Angin yang membawa pasir dari pantai akan membentuk bermacam-macam bentuk dan tipe gumuk pasir, yang dipengaruhi oleh faktor arah angin dan material penghalang proses pembentukan berupa vegetasi. Ada beberapa bentuk dan tipe gumuk pasir, yaitu :
1.        Tipe bulan sabit (Barchanoid dunes)
Bentuk gumuk pasir ini menyerupai bulan sabit yang terbentuk pada daerah sedikit berpenghalang, dengan kemiringan asimetri. Bagian lereng yang menghadap angin lebih landai daripada yang membelakangi angin. Ketinggian gumuk pasir biasanya antara 5 – 15 meter. Sebagian besar gumuk pasir di parangtritis bertipe bulan sabit.
2.        Tipe melintang (Transverse dunes)
Bentuk gumuk pasir tipe melintang seperti ombak yang tegak lurus terhadap arah angin. Gumuk pasir ini terbentuk di daerah tidak berpenghalang dan cadangan pasirnya banyak. Apabila cadangan pasirnya berkurang, maka gumuk pasir tipe melintang akan berubah menjadi tipe bulan sabit.
3.        Tipe parabola (parabolic dunes)
Bentuk gumuk pasir parabola hampir sama dengan tipe bulan sabit, yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabola arahnya menghadap arah angin.
4.        Tipe memanjang (Longitudinal dunes)
Gumuk pasir tipe memanjang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain yang searah dengan gerakan angin. Perubahan arah angin membentuk celah yang terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.

Syarat pembentukan gumuk pasir :
a.       Pantai landai
b.      Tersedia pasir sebagai pemasok material
c.       Gelombang mampu menghempaskan pasir ke darat
d.      Arus sepanjang pantai kuat, beda air pasang dan surut cukup besar
e.       Ada pembedaan tegas antar musim kemarau dengan musim hujan



Hal-Hal Yang Dapat Mempengaruhi Gumuk Pasir
Gumuk pasir merupakan akumulasi pasir lepas berupa gundukan teratur hasil kerja dan pengaruh komponen-komponen :
a.       jumlah pasir yang diendapkan teratur ke laut,
b.      ombak yang memindahkan pasir dari laut ke darat,
c.       intensitas sinar matahari yang mengeringkan pasir di pantai,
d.      intensitas dan kemenerusan angin yang memindahkan pasir,
e.       tebing penghambat gerak angin dan sebaran pasir,
f.       vegetasi, dan
g.      dinamika budaya masyarakat.

No comments:

Post a Comment