Translate

Tuesday, December 31, 2013

"Perempuan Hebat itu di Undang Tuhan ke Tanahnya"

Aku tak pernah bosan membanggakan sosoknya. Seorang perempuan perkasa yang tak pernah lelah bukan hanya bekerja, berdoa tapi tak pernah sekalipun mengeluh untuk anak-anaknya. Berpuluh-puluh tahun perempuan ini selalu bangun pagi, pagi sekali, sebelum azan itu berkumandang. Tak pernah sedikitpun raut wajah mengantuk terlihat di wajah nya yang kini mulai berkeriput di dahi. Jam sepagi itu dia sudah membungkukkan punggungnya hanya untuk mencuci perabotan dapur. Kulit keriputnya yang dulu halus tak pernah merinding bersentuhan dengan dinginya air di pagi hari. Sepagi itu dia sudah mengusap muka, lengan, rambut, telinga dan kakinya, mensucikan diri dan menyembah kepada sang pencipta. Hanya dengan Nya dia mengeluh kurasa, tapi ternyata tidak, dia tidak pernah mengeluh bahkan dengan Tuhan sekalipun. Dia hanya bercerita kepada Tuhan, dia bercerita kepadaNya bahwa dia ingin anak-anaknya menjadi anak yang soleh dan anak yang bersukur. Tak sekalipun dia meminta kepada Tuhan agar anaknya menjadi kaya dan bermartabat dunia. Tidak, dia tidak ingin hal itu, dia hanya ingin anaknya selalu bersukur dan ingat kepadaNya.

Tak bisa berlama-lama dia bercerita kepada Tuhan, walau sebenarnya ingin dia lakukan sepanjang pagi. Keranjang sayur itu sudah menunggunya. Sayur hijau segar itu sudah menunggunya. Pembeli itu sudah menungunya. Asap dapur sudah menunggunya. Baju kotor sudah menunggunya.

Tak semenitpun di hidupnya dia pernah menonton acara berita pagi. Tak semenit pun di hidupnya dia pernah membaca koran pagi. Tak semenitpun di hidupnya dia pernah duduk di korsi goyang menikmati susu hangat dan udara pagi. Sepeda motor lengkap dengan keranjang sudah menunggu nya. Pasar tradisional itu sudah menunggunya. Sayur-sayur segar sudah menunggunya.

Banyak yang harus dia kerjakan. Keranjang di sepeda motor itu sudah penuh. Dengan sepeda motor tua dia mengangkatnya. Tak pernah mengeluh sekalipun, walau sepeda motor tua itu kadang tak bersahabat. Banyak yang harus dikerjakan. Tapi dia tak pernah absen untuk bercerita kepada Tuhan. Bercerita bukan mengeluh.

Kini dia sudah tua. Tuhan sudah menjawab cerita yang dia sampaikan selama berpuluh puluh tahun. keriput di wajahnya menampakan akumulasi kecapaian yang terbalas tuntas. Kulit kasarnya mengungkapkan kebanggaannya kepada anak-anaknya.

Sudah cukup, kini dia lebih sering beristirahat. Tapi tak pernah sekalipun dia absen bercerita kepada Tuhan.

Tuhan rindu kepada dia. Tuhanlah yang kini ingin bercerita kepada dia. Tuhan kini mengundangnya ke rumah Tuhan agar dia bisa bercerita lebih banyak. Lewat anak-anaknya, dia kini di undang Tuhan untuk bercerita di tanah Tuhan, tempat paling dekat dengan Tuhan, di Tanah Suci

No comments:

Post a Comment