PACAR
MODUS
By.
Wardiyanto
Kringgg…kring…suara
handphonku berbunyi tengah malem, aku terbangu sekitar jam 00:07.
Sebuah Reminder di Blackberry menunjukkan “Me&Bunda
anniversary”, dan sepucuk pesan singkat yang berisikan:
Kisah
ini berawal dari hari pertamaku beraktifitas sebagai anggota OSIS
baru di SMK Harapan Indah. Pagi ini terlihat banyak anak berpakaian
biru putih dengan gaya pemulung memenuhi gerbang masuk.
Dengan
bangga diri aku berjalan diantara mereka merasa paling normal. “OSIS,
kumpul!!!!!”, terdengar suara melengking agak ngebass dari ujung
halaman sekolah. Ternyata gua telat bray… tanpa pikir
panjang ku berlari menuju dimana suara itu. “Minggir oi!!”, aku
berteriak kepada siswa yang ada di sepanjang jalan ku berlari, “Lari
atau jalan jongkok” ada tambahan suara setelah suara kumpul tadi.
Mataku seakan lebih tajam bak difilm action mencari celah untukku
bisa berlari lebih kencang…wuiss…lincahnya gua melewati mereka.
Haha… tiba-tiba rem ku injak kencang… sereeeerrrrrtttt….dua
cewe pemulung gitu aku sebut, menghalangi jalanku. Seakan tak kuasa
ni rem menghentikan langkahku, mata bertemu dengan mata salah satu
pemulung cewe itu agak lebay sih tapi itu keadaannya. “Brow ayo
kumpul!!!”, sebuah suara terdengar dr belakang menepuk pundakku.
“Iya…”, tanpa sadar terucap dari mulutku dan berpaling menuju
anak-anak OSIS lainnya berkumpul di sebelah sana. “Eh kamu nyet”,
mulai terlihat sosok cowo yang lebih tinggi dariku, yap dia Anton,
temen sekelas sekaligus temen deketku.
Dengan
agak terengah aku dan temanku masuk barisan anak-anak yang lain. Satu
persatu nama dipanggil, Tio, Tias, Anton, …., …, Junaidi, yaah
ketahuan deh namaku, padahal belum mau aku kenalin diriku. Ok, namaku
Imam Junaidi, kelas dua SMK, sama seperti temen seaangkatanku umurku
17 tahun bulan April lalu. Oia jangan panggil gua Imam ato Junaidi
gue agak risih dengernya kalian bisa panggil Junet biar lebih akrab.
Sehari
sebelum acara penutupan MOS, aku duduk di depan gerbang sekolah
sembari nunggu tebengan temenku untuk pulang. Ada seorang cewe
pemulung tiba-tiba duduk disampingku., agak jauhan sih, tp gimana
duduk dalam sebuah kursi panjang hanya berduaan dengan seorang cewe
meskipun belum sempat terfikir utuk melirik kesamping tapi rasa risih
dan lain sebagainya muncul. Tanpa sadar dia yang nyapa duluan. “eh
kak, bukane kamu yang kemarin hampir nabrak temenku ya?”, dengan
agak sok kenal dia bertanya kepadaku. Percakapan mulai berlangsung
entah yang dia nanya-nanya tentang MOSlah dan lain sbg. Selang
beberapa waktu temanku dateng, ya, dia ketua OSIS, “wuis dapet
brondongan, ati-ati dek si junet galak”, begitulah dia menyapaku
belaga sok tau dan senyum syiriknya. Sebelum pamitan aku berhasil
meminta nomornya.
Hari
berikutnya aku masih bersapa akrab dengannya dan yang paling penting
dia selalu barengan dengan si Indah, pemulung yang waktu itu dah
berani tatap-tatapan denganku. MOS pun berakhir, dan yang pasti aku
gak bakalan ketemu si indah lagi dong. Keinget waktu itu aku pernah
dapetin nomor temen deketnya aq coba cari nicknamenya di kontak
handphoneku. Langsung aku sms nomer itu dan mulai kenalan dan
ngobrol dengan dia, dengan dalih ingin dicomblangkan dengan
temannya, berhubung aku jomblo, hingga dia ngeh maksud aku sms dia
itu untuk bisa deket sama si Indah. Berkat usaha dia juga, aku mulai
deket sama si Indah.
“Pagi”,
sapaku kepada mereka berdua saat masuk gerbang. mereka senyum tapi
agak terkejut mungkin melihatku yang gak biasanya. Kuantar mereka
sampai depan kelasnya, tentunya dengan lagak ingin dekat sama si
Indah dong. Liat deh dia cantik banget klo pke seragam putih abu-abu
an denyan rambut panjang kuncir duanya. Kita Bertiga semakin deket
aku selalu konsultasi dengan temannya mengenai apa yang harus aku
perbuat agar bisa dekat dengan . Hingga waktu di kantin pun kita
berencana untuk makan bareng. “Auw”, ada yang nginjek kakiku.
Waktu aku coba tengok ke bawah meja ternyata gak ada apa-apa. Sempat
aku kira kucing lewat di kolong meja. “kenapa Jun?”, tanya si
Indah. Waktu mulutku mulai terbuka, hendak menjawab tanya si Indah,
sebuah kedipan mata diberikan dari temennya kepada ku seraya
menggerakkan tangannya pelan-pelan seperti isyarat makan. Aku mulai
paham maksudnya. Dengan agak kaku dan salting aku coba ambil makanan
dan aku suapin ke dia. Awalnya dia menolak sih, mungkin karena di
kantin agak rame, tapi akhirnya dia mau buka mulut.
Kesorean
harinya aku menelpon si temennya, aku marahin dia karena tindakannya
udah bikin kakiku cidera (lebay banget). Kami pun ngobrol sambil
gurau menanggapi apa yang terjadi tadi siang.
Semakin
lama berjalannya waktu juga aku baru menyadari, bukan si Indah,
malah aku mempunyai rasa dengan temannya, yang selama ini membantuku
buat dekat dengan si Indah. Iya, dia lah yang selama ini membuat ku
betah dengan berkomunikasi dengannya, dengan dalih minta pendapat,
apa yang harus aku lakukan jika ada di hadapan si Indah, pemulung
yang aku anggap cinta pandangan pertamaku. Tapi aku sadar, apa yang
aku lakuin selama ini itu bukan kehendakku tapi itu semua karena aku
percaya sama temennya, dan perasaan yang aku rasain selama ini
bukanlah perasaan suka yang selayaknya cinta, seperti apa yang aku
pengenin, aku ngerasa ini hanya sekedar rasa mengagumi sosok si Indah
bukan karena “Cinta”.
Aku
bingung sendiri dengan apa yang aku rasain sekarang, disatu sisi aku
sudah mulai dekat dengan si Indah namun disatu sisi aku gak bisa
pacaran dengan Indah karena mungkin kalau aku dekat dengan si Indah
maka aku akan jauh dengan temennya itu. Pada suatu malam aku coba
menelpon teman Indah. “Kenapa Jun? kamu kapan mau nembak si Indah/
Masa dia kamu gantungin kaya gt sih?”, sahut dia seketika saat
mengangkat telponku. Tanpa kusadari langsung aku putus telponnya.
Dengan perasaan yang tak menentu aku memutuskan untuk menelponnya
lagi dan memberanikan diri untuk bertanya kepadanya tentang “SIAPA
AKU” baginya, dan apa sebenarnya pendapat dia tentangku.
“bla..bla..blaa..,” hingga aku mengajukan satu pertanyaan
buatnya, “Kalau aku jadian sama si Indah dan aku nantinya akan
ngejauhin kamu gimana menurutmu?”, dengan nada pelan dan serius
pertanyaan itu aku ajukan ke dia. Setelah pertanyaan itu terucap
seakan tak terdengar lagi suaranya, dia seakan menghilang beberapa
menit. “haha”,terdengar tawa lirih di speakerku. ”Tentu aja
gapapa Jun, artinya usahaku selama ini gk sia-sia”, jawabnya
setelah tawa lirih dan dengan nada leih lesu dari sebelumnya. Kuhela
nafas dan terucap “Aku suka ma kamu, Mau gak kamu jadi pacarku?”,
aku memintantanya menjadi pacarku, aku ingat itu adalah malam yang
cukup mendebarkan bagiku. Kami pun Terdiam, dia pun tak langsung
menerimaku, karena dia masih bingung dengan pilihannya,,, ya
pilihannya, karena aku bukan satu-satunya orang yang sedang dekat
dengannya bahkan sudah mencoba menembak dia, melaikan ada 2 orang
lain, yang satu adalah mantannya waktu SMP(sebelum dia masuk smk) dan
yang satunya adalah rekan osis ku, betapa kagetnya aku, namun aku
tetap berharap, akulah yang dia pilih tuk menemani hatinya.
“Beri
aku waktu”,
Akupun
mengiyakan maunya, dan dia langung menutup telponku.
Waktu
pun berjalan, namun karena aku tidak sabar dengan jawabannya, akupun
menelfon dia,,,
Deg,,,
itulah detak jantungku, bagai memompa darah 5000 liter langsung ke
otak,
Di
menanyakan, “Kenapa telfon lagi”, akupun bilang pada dianya,,,
“hasek,,,”
“Apa
jawabannya tidak bisa sekarang,,,”agak sedikit memaksa.
“hmmm,,,,”
kalimatnya pun mengantung,,,
“nggeh
mpun, kulo milih njenengan mawon.”, dengan logat jawa dia
menjawap,,,
Seakan
kaget dan bahagia mendengar apa yang dia ucapkan barusan..
Beberapa
hari setelah acaramos, perkenalan, pdkt yang salah alamat hingga
akhirnya jadian, kembali kita ke sekolah kita, kebetuln hari ini
adalah rekrutmen calon osis baru, aku yang sebelumnya telah menyuruh
ceweku untuk ikut osis pun berhasil dengan melihatnya pada kumpulan
anak-anak yang ingin mengikuti rekrutmen itu, setelah melelui ujian
fisik kita istirahat, jam menunjukkan jam 11,30 aku yang kala itu
duduk di ruang panitia, kaget saat dia mengajakku untuk ke kantin,
berhubung dia sedang membuka alas sepatunya dan posisiku memakai
sandal, aku pun menawarinya tuk memakai punyaku,,, akupun
berinisiafif memakai satu sandal satu di kaki kananku, dan sandal
kiriku, aku suruh dia mamakai di kaki kirinya, dengan bejalan di
koridor sekolah anak anak pun menyoraki kami, itu bagian paling soooo
sweeeet dalam awal hubungan kami di depan teman teman pula,,, namun
tanpa di sadari teman ku yang sekaligus menembak ceweku sebelumnya
mendengar tentang hubunganku dengan cewekku, dia kaget, dan marah
pastinya, sampai menganggu kegiatan organisasiku, pak ketua osis yang
mengetahui permasalahan kami pun berusaha mendamaikan kami, namun
upaya itu gagal, hinga pembina osis kami pun mendengar masalah kami
ini, namun beliau hanya menyindir,,,
Aku
yang merasa tak bersalah, menurutku, bersikap cuek acuh, namun tetap
baik,,, hehehe,,,
Hingga
waktu yang mendamaikan kami,,,
Owh
iya, nasib cwek pdktan q sebelumnya, tak tau kabarnya entah kemana,
agak munafik sih tapi yang paling berharga buatku sekarang adalah
Nita Rohani, dan yang selalu akan menjaga dan mendekapnya, aku, Imam
Junaidi,,,
Hingaa
cerita ini diturunkan, kami masih menjalin.
End
No comments:
Post a Comment