Translate

Sunday, December 29, 2013

PACAR MODUS
By. Wardiyanto

Kringgg…kring…suara handphonku berbunyi tengah malem, aku terbangu sekitar jam 00:07. Sebuah Reminder di Blackberry menunjukkan “Me&Bunda anniversary”, dan sepucuk pesan singkat yang berisikan:

Kisah ini berawal dari hari pertamaku beraktifitas sebagai anggota OSIS baru di SMK Harapan Indah. Pagi ini terlihat banyak anak berpakaian biru putih dengan gaya pemulung memenuhi gerbang masuk.
Dengan bangga diri aku berjalan diantara mereka merasa paling normal. “OSIS, kumpul!!!!!”, terdengar suara melengking agak ngebass dari ujung halaman sekolah. Ternyata gua telat bray… tanpa pikir panjang ku berlari menuju dimana suara itu. “Minggir oi!!”, aku berteriak kepada siswa yang ada di sepanjang jalan ku berlari, “Lari atau jalan jongkok” ada tambahan suara setelah suara kumpul tadi. Mataku seakan lebih tajam bak difilm action mencari celah untukku bisa berlari lebih kencang…wuiss…lincahnya gua melewati mereka. Haha… tiba-tiba rem ku injak kencang… sereeeerrrrrtttt….dua cewe pemulung gitu aku sebut, menghalangi jalanku. Seakan tak kuasa ni rem menghentikan langkahku, mata bertemu dengan mata salah satu pemulung cewe itu agak lebay sih tapi itu keadaannya. “Brow ayo kumpul!!!”, sebuah suara terdengar dr belakang menepuk pundakku. “Iya…”, tanpa sadar terucap dari mulutku dan berpaling menuju anak-anak OSIS lainnya berkumpul di sebelah sana. “Eh kamu nyet”, mulai terlihat sosok cowo yang lebih tinggi dariku, yap dia Anton, temen sekelas sekaligus temen deketku.
Dengan agak terengah aku dan temanku masuk barisan anak-anak yang lain. Satu persatu nama dipanggil, Tio, Tias, Anton, …., …, Junaidi, yaah ketahuan deh namaku, padahal belum mau aku kenalin diriku. Ok, namaku Imam Junaidi, kelas dua SMK, sama seperti temen seaangkatanku umurku 17 tahun bulan April lalu. Oia jangan panggil gua Imam ato Junaidi gue agak risih dengernya kalian bisa panggil Junet biar lebih akrab.
Sehari sebelum acara penutupan MOS, aku duduk di depan gerbang sekolah sembari nunggu tebengan temenku untuk pulang. Ada seorang cewe pemulung tiba-tiba duduk disampingku., agak jauhan sih, tp gimana duduk dalam sebuah kursi panjang hanya berduaan dengan seorang cewe meskipun belum sempat terfikir utuk melirik kesamping tapi rasa risih dan lain sebagainya muncul. Tanpa sadar dia yang nyapa duluan. “eh kak, bukane kamu yang kemarin hampir nabrak temenku ya?”, dengan agak sok kenal dia bertanya kepadaku. Percakapan mulai berlangsung entah yang dia nanya-nanya tentang MOSlah dan lain sbg. Selang beberapa waktu temanku dateng, ya, dia ketua OSIS, “wuis dapet brondongan, ati-ati dek si junet galak”, begitulah dia menyapaku belaga sok tau dan senyum syiriknya. Sebelum pamitan aku berhasil meminta nomornya.
Hari berikutnya aku masih bersapa akrab dengannya dan yang paling penting dia selalu barengan dengan si Indah, pemulung yang waktu itu dah berani tatap-tatapan denganku. MOS pun berakhir, dan yang pasti aku gak bakalan ketemu si indah lagi dong. Keinget waktu itu aku pernah dapetin nomor temen deketnya aq coba cari nicknamenya di kontak handphoneku. Langsung aku sms nomer itu dan mulai kenalan dan ngobrol dengan dia, dengan dalih ingin dicomblangkan dengan temannya, berhubung aku jomblo, hingga dia ngeh maksud aku sms dia itu untuk bisa deket sama si Indah. Berkat usaha dia juga, aku mulai deket sama si Indah.
Pagi”, sapaku kepada mereka berdua saat masuk gerbang. mereka senyum tapi agak terkejut mungkin melihatku yang gak biasanya. Kuantar mereka sampai depan kelasnya, tentunya dengan lagak ingin dekat sama si Indah dong. Liat deh dia cantik banget klo pke seragam putih abu-abu an denyan rambut panjang kuncir duanya. Kita Bertiga semakin deket aku selalu konsultasi dengan temannya mengenai apa yang harus aku perbuat agar bisa dekat dengan . Hingga waktu di kantin pun kita berencana untuk makan bareng. “Auw”, ada yang nginjek kakiku. Waktu aku coba tengok ke bawah meja ternyata gak ada apa-apa. Sempat aku kira kucing lewat di kolong meja. “kenapa Jun?”, tanya si Indah. Waktu mulutku mulai terbuka, hendak menjawab tanya si Indah, sebuah kedipan mata diberikan dari temennya kepada ku seraya menggerakkan tangannya pelan-pelan seperti isyarat makan. Aku mulai paham maksudnya. Dengan agak kaku dan salting aku coba ambil makanan dan aku suapin ke dia. Awalnya dia menolak sih, mungkin karena di kantin agak rame, tapi akhirnya dia mau buka mulut.
Kesorean harinya aku menelpon si temennya, aku marahin dia karena tindakannya udah bikin kakiku cidera (lebay banget). Kami pun ngobrol sambil gurau menanggapi apa yang terjadi tadi siang.
Semakin lama berjalannya waktu juga aku baru menyadari, bukan si Indah, malah aku mempunyai rasa dengan temannya, yang selama ini membantuku buat dekat dengan si Indah. Iya, dia lah yang selama ini membuat ku betah dengan berkomunikasi dengannya, dengan dalih minta pendapat, apa yang harus aku lakukan jika ada di hadapan si Indah, pemulung yang aku anggap cinta pandangan pertamaku. Tapi aku sadar, apa yang aku lakuin selama ini itu bukan kehendakku tapi itu semua karena aku percaya sama temennya, dan perasaan yang aku rasain selama ini bukanlah perasaan suka yang selayaknya cinta, seperti apa yang aku pengenin, aku ngerasa ini hanya sekedar rasa mengagumi sosok si Indah bukan karena “Cinta”.
Aku bingung sendiri dengan apa yang aku rasain sekarang, disatu sisi aku sudah mulai dekat dengan si Indah namun disatu sisi aku gak bisa pacaran dengan Indah karena mungkin kalau aku dekat dengan si Indah maka aku akan jauh dengan temennya itu. Pada suatu malam aku coba menelpon teman Indah. “Kenapa Jun? kamu kapan mau nembak si Indah/ Masa dia kamu gantungin kaya gt sih?”, sahut dia seketika saat mengangkat telponku. Tanpa kusadari langsung aku putus telponnya. Dengan perasaan yang tak menentu aku memutuskan untuk menelponnya lagi dan memberanikan diri untuk bertanya kepadanya tentang “SIAPA AKU” baginya, dan apa sebenarnya pendapat dia tentangku. “bla..bla..blaa..,” hingga aku mengajukan satu pertanyaan buatnya, “Kalau aku jadian sama si Indah dan aku nantinya akan ngejauhin kamu gimana menurutmu?”, dengan nada pelan dan serius pertanyaan itu aku ajukan ke dia. Setelah pertanyaan itu terucap seakan tak terdengar lagi suaranya, dia seakan menghilang beberapa menit. “haha”,terdengar tawa lirih di speakerku. ”Tentu aja gapapa Jun, artinya usahaku selama ini gk sia-sia”, jawabnya setelah tawa lirih dan dengan nada leih lesu dari sebelumnya. Kuhela nafas dan terucap “Aku suka ma kamu, Mau gak kamu jadi pacarku?”, aku memintantanya menjadi pacarku, aku ingat itu adalah malam yang cukup mendebarkan bagiku. Kami pun Terdiam, dia pun tak langsung menerimaku, karena dia masih bingung dengan pilihannya,,, ya pilihannya, karena aku bukan satu-satunya orang yang sedang dekat dengannya bahkan sudah mencoba menembak dia, melaikan ada 2 orang lain, yang satu adalah mantannya waktu SMP(sebelum dia masuk smk) dan yang satunya adalah rekan osis ku, betapa kagetnya aku, namun aku tetap berharap, akulah yang dia pilih tuk menemani hatinya.
Beri aku waktu”,
Akupun mengiyakan maunya, dan dia langung menutup telponku.
Waktu pun berjalan, namun karena aku tidak sabar dengan jawabannya, akupun menelfon dia,,,
Deg,,, itulah detak jantungku, bagai memompa darah 5000 liter langsung ke otak,
Di menanyakan, “Kenapa telfon lagi”, akupun bilang pada dianya,,, “hasek,,,”
Apa jawabannya tidak bisa sekarang,,,”agak sedikit memaksa.
hmmm,,,,” kalimatnya pun mengantung,,,
nggeh mpun, kulo milih njenengan mawon.”, dengan logat jawa dia menjawap,,,
Seakan kaget dan bahagia mendengar apa yang dia ucapkan barusan..
Beberapa hari setelah acaramos, perkenalan, pdkt yang salah alamat hingga akhirnya jadian, kembali kita ke sekolah kita, kebetuln hari ini adalah rekrutmen calon osis baru, aku yang sebelumnya telah menyuruh ceweku untuk ikut osis pun berhasil dengan melihatnya pada kumpulan anak-anak yang ingin mengikuti rekrutmen itu, setelah melelui ujian fisik kita istirahat, jam menunjukkan jam 11,30 aku yang kala itu duduk di ruang panitia, kaget saat dia mengajakku untuk ke kantin, berhubung dia sedang membuka alas sepatunya dan posisiku memakai sandal, aku pun menawarinya tuk memakai punyaku,,, akupun berinisiafif memakai satu sandal satu di kaki kananku, dan sandal kiriku, aku suruh dia mamakai di kaki kirinya, dengan bejalan di koridor sekolah anak anak pun menyoraki kami, itu bagian paling soooo sweeeet dalam awal hubungan kami di depan teman teman pula,,, namun tanpa di sadari teman ku yang sekaligus menembak ceweku sebelumnya mendengar tentang hubunganku dengan cewekku, dia kaget, dan marah pastinya, sampai menganggu kegiatan organisasiku, pak ketua osis yang mengetahui permasalahan kami pun berusaha mendamaikan kami, namun upaya itu gagal, hinga pembina osis kami pun mendengar masalah kami ini, namun beliau hanya menyindir,,,
Aku yang merasa tak bersalah, menurutku, bersikap cuek acuh, namun tetap baik,,, hehehe,,,
Hingga waktu yang mendamaikan kami,,,
Owh iya, nasib cwek pdktan q sebelumnya, tak tau kabarnya entah kemana, agak munafik sih tapi yang paling berharga buatku sekarang adalah Nita Rohani, dan yang selalu akan menjaga dan mendekapnya, aku, Imam Junaidi,,,
Hingaa cerita ini diturunkan, kami masih menjalin.

End

No comments:

Post a Comment