Translate

Monday, January 6, 2014

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada awalnya metode pendidikan Islam dilaksanakan secara informal. Sebagaimana dalam sejarah perkembangan pendidikan Islam tersebar lewat perantara para pedagang sekaligus mereka juga berdakwah menyampaikan ajaran- ajaran Islam. Dalam setiap perdagangan yang mereka lakukan, setiap ada kesempatan mereka memberikan pendidikan dan ajaran agama Islam.
Pendidikan dan ajaran Islam mereka berikan melalui perbuatan, dengan contoh dan suri tauladan, sopan santun, ikhlas, amanah, jujur, adil, menghormati adat istiadat dan lain sebagainya. Dengan demikian tertariklah penduduk negri dengan agama Islam dan hendak masuk Islam. Sistem pendidikan Islam informal ini, terutama yang ada dalam lingkungan keluarga sudah diakui kemampuannya dalam menanamkan sendi- sendi agama dalam jiwa anak- anak. Anak- anak dididik sejak kecil dalam keluarga mengenai ajaran agama.
Sementara usaha- usaha pendidikan agama dimasyarakat, yang dikenal dengan pendidikan non formal, ternyata mampu menyediakan kondisi yang sangat baik dalam menunjang keberhasilan pendidikan Islam dan memberi motivasi yang kuat bagi umat Islam untuk menyelenggarakan pendidikan agama yang lebih baik dan lebih sempurna.
Untuk mencerdaskan dan memajukan kehidupan suatu bangsa dan negara sesuai dengan tujuan pendidian yang telah ditetapkan maka diadakan suatu proses pendidikan / proses belajar yang akan memberikan pengertian, pandangan dan penyesuaian bagi seseoang atau peserta didik kearah kedewasaan dan kematangan.
Tujuan akhir pendidikan adalah untuk menumbuhkan dan mengembangka suatu potensi peserta didik secara teratur. Tujuan akhir pendidikan ini akan terwujud apabila keadaan alam / lingkungan dan sosial masyarakat memungkinkan yang relatif sesuai dengan kebutuhan manusia.
Kemungkinan keberhasilan pendidikan Islam ini/ tujuan akhir ini akan berhasil, terdapat berbagai pandangan- pandangan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Pandangan- pandangan tersebut disebut juga sebagai aliran- aliran dalam pendidikan.
B.    Rumusan Masalah
A. Aliran- Aliran Klasik Dalam Pendidikan
1.    Aliran Empirisme
2.    Aliran Nativisme
3.    Aliran Naturalisme
4.    Aliran Konvergensi
B. Dua Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia
1.    Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
2.    Ruang Pendidik INS Kayu Tam
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Aliran-Aliran Pendidikan
Aliran-aliran pendidikan merupakan  pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus dipahami. Oleh karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan pendidikan. Dalam dunia pendidikan setidaknya terdapat 3 macam aliran pendidikan, yaitu aliran klasik, aliran modern dan aliran pendidikan pokok di Indonesia.
1.     Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan
Menurut Tim dosen 2006, aliran-aliran klasik dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
a.     Aliran Empirisme
Aliran ini dimotori oleh John Locke. Aliran empirisme mengutamakan perkembangan manusia dari segi empirik yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui. Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga pendidikan memiliki peran penting yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran ini melihat keberhasilan seseorang hanya dari pengalaman (pendidikan) yang diperolehnya, bukan dari kemampuan dasar yang merupakan pembawaan lahir.
Penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai manusia yang pasif dan dapat dimanipulasi, seumpama melalui modifikasi tingkah laku. Hal itu tercermin pada pandangan dari B.F. Skinner ataupun pandangan behavior (behaviorisme) lainnya. Behaviorisme itu menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar sebagai sasaran kajiannya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata. Pandangan behavioral ini masih bervariasi dalam menentukan factor-faktor apakah yang paling utama dalam proses belajar itu (Milhollan dan Forisha, 1972: 31-79; Ivey, et.al, 1987: 231-263), sebagai berikut:
1.    Pandangan yang menekankan secara stimulus (rangsangan) terhadap perilaku seperti dalam “classical conditioning” atau respondent learning” oleh Ivan Pavlov (1849-1936) di rusia dan Jon B. Watson (1878-1958) di Amerika Serikat.
2.    Pandangan yang menekankan peranan dar tampak ataupun balikan dari suatu perilaku seperti dalam “operant conditioning” atau “instrumental learning” dari Edward L. Thorndike (1874-1949) dan Burrhus F. Skinner (1904- ) di Amerika Serikat.
3.    Pandangan yang menekankan peranan pengamatan dan imitasi seperti dalam “observational learning”yang dipelopori oleh  N.E. Miller dan J. Dollard dengan “social learning and imitation” (diterbitkan pada tahun 1941) dan dikembangkan lebih lanjut oleh A. Bandura dengan “participant modeling” (diterbitkan tahun 1976) maupun dengan “self efficacy” (diterbitkan tahun 1982).
Beberapa pendapat dalam pandangan behavior tersebut tidak lagi sepenuhnya ala “Tabula Rasa” dari J. Locke, karena telah  mulai diperhatikan pula faktor-faktor internal dari manusia.
b.     Aliran Nativisme
Tokoh aliran ini adalah Arthur Schoupenhauer. Aliran nativisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan  menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik. Orang yang “berbakat baik” akan tetap baik dan tidak perlu dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak baik.
Istilah nativisme berasal dari kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi aliran nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Terdapat suatu pokok pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat suatu “inti” pribadi (G. Leibnitz: Monad) yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas.
c.    Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau. Aliran naturalisme menyatakan bahwa semua anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Anak menjadi rusak atau tidak baik karena campur tangan manusia (masyarakat).aliran naturalisme jugadisebut negativism yakni pendidikan hanya memiliki kewajiban untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Pendidikan hendaknya diserahkan kepada alam. Dalam  mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam agar pembawaan yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik. Menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificial) sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak lahir itu tetap tampak spontan dan bebas.
Namun sampai saat ini, gagasan naturalisme yang menolak campur tangan pendidikan tidak terbukti malah terbukti sebaliknya “Pendidikan makin lama makin diperlukan”.
d.     Aliran Konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh William Stern. Aliran ini menyatakan bahwa seorang anak dilahirkan di dunia di sertai pembawaan baik maupun buruk. Keseimbangan antara faktor pembawaan dan lingkungan sangatlah penting peranannya dalam proses perkembangan anak. Atau dapat dikatakan bakat, pembawaan dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi seseorang.
Karena itu teori William Stern disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat ke satu titik). Jadi menurut terori konvergensi secara garis besar menyatakan:
1.      Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.
2.      Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yag baik dan mencegah berkembangnya poteni yang kurang baik.
3.      Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
Aliran ini lebih realitis, sehingga banyak diikuti oleh pakar pendidikan.
e.     Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia
Aliran-aliran klasik mulai dikenal di Indonesia melalui upaya pendidikan/ persekolahan sejak jaman penjajahan Belanda. hingga setelah kemerdekaan, gagasan dalam aliran pendidikan masuk melalui orang-orang yang belajar di Negara Eropa dan Amerika.
Peranan pandangan empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya ditolak, tetapi penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan elektif fungsional yakni diterima sesuai kebutuhan, namun diletakkan dalam latar pandangan yag konvergensi.seperti telah dikemukakan, perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai factor, yakni hereditas, lingkungan, proses perkembangan itu sendiri dan anugerah. Faktor terakhir itu merupakan pencerminan pengakuan atas adanya kekusaan yang ikut menentukan nasip manusia (Sulo Lipu La Sulo, 1981: 38-46).
Khusus dalam latar persekolahan, kini ada sejumlah pendapat yang lebih menginginkan agar peserta didik lebih ditempatkan pda posisi yang seharusnya, yaki sebagai manusia yang dapat dididik serta dapat mendidik dirinya sendiri. Menekankan hubungan kesetaraan antara pendidik dan peserta didik dan diarahkan mnjadi suatu hubungan transaksional, suatu hubungan antar individu yang member peluang baik bagi peserta didik yang belajar, maupun bagi pendidik yang mengajar (colearner). Hubungan tersebut sesuai dengan asas ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani, serta pendekatan cara belajar iswa aktif (CBSA) dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang S isdiknas, peran peserta didik dalam mengembangkan bakat, minat, dan kemampuannya itu telah diakui dan dilindungi (antara lain pasal 23 Ayat 1, Pasal 24, Pasal  26, dll).
2.     Aliran Pendidikan Modern di Indonesia
Menurut Mudyahardjo (2001: 142) macam-macam aliran pendidikan modern di Indonesia adalah sebagai berikut:
a.     Progresivisme
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
·           Tujuan pendidikan dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.
·           Kurikulum pendidikan Progresivisme adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap peserta didik (experience curriculum).
·           Metode pendidikan Progresivisme antara lain:
  1. Metode belajar aktif.
  2. Metode memonitor kegiatan belajar.
  3. Metode penelitian ilmiah
·           Pendidikan berpusat pada anak.
Pendidikan Progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak merupakan pusat adari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Pendidikan Progresivisme sangat memuliakan harkat dan martabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam betuk kecil. Anak adalah anak, yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Setiap anak mempunyai individualitas sendiri-sendiri, anak mempunyai alur pemikiran sendiri, anak mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian, anak harus diperlakukan berbeda dari orang dewasa.
b.     Esensialisme
Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut esensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan di dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.
·           Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adlah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan.
·           Metode pendidikan:
  1. Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered).
  2. Peserta didik dipaksa untuk belajar.
  3. Latihan mental
·           Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum sekolah dasar ditekankan pada pengembangan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan matematika.Sedangkan kurikulum pada sekolah menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, serta bahasa dan sastra.

c.      Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di masyarakat
  • Tujuan pendidikan
Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
  • Kurikulum dalam pendidikan rekonstruksionalisme berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia. Yng termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah.
d.     Perennialisme
Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi dengan berpikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami faktor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.
·           Tujuan pendidikan
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
·           Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan cenderung menitikberatkan pada sastra, matematika, bahasa dan sejarah.
e.     Idealisme
Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.
Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
3.     Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di Indonesia
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut penanganan untuk meningkatkan kualitasnya, yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa komponen tertentu saja.
Gerakan-gerakan baru dalam pendidkan pada umumnya termasuk yang kedua yakni upaya peningkatan mutu pendidkan hanya dalam satu atau beberapa komponen saja.
a.     Pengajaran alam sekitar
Dalam pendidikan alam sekitar ditanamkan pemahaman, apresiasi, pemanfaatan lingkungan alami dan sumber-sumber pengetahuan di luar sekolah yang semuanya penting bagi perkembangan peserta didik sehingga peserta didik akan mendapatkan kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia nyata. Melali penjelajahan alam yang dlakukan, maka peserta didik akan menghayati secara langsung tentang keadaan alam sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu dengan serta merta memanfaatkan waktu senggangnya.
Prinsip gerakan Heimatkunde adalah:
1.     Dalam pengajaran alam sekitar ini guru dapat meragakan secara langsung.
2.     Anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, dan cacat saja.
3.     Ciri-ciri pengajaran alam sekitar secara totalitas adalah sebagi berikut :
o   Suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pelajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan.
o   Bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambilkan dari alam sekitar.
o   Pengajarannya berhubung-hubngan  satu sama lain seerat-eratnya secara teratur.
o   Segala sesuatu yang baru dan masuk di dalam intelek anak , harus dapat luluhmenjadi satu dengan  kekayaan pengetahuan yang sudah dimiliki anak.
b.     Pengajaran pusat perhatian
Ditemukan oleh Ovide Decroly. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian anak. Dari pusat perhatian ini kemudian diambil pelajaran-pelajaran lain. Dalam pengajaran ini anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan dilayani. Anak harus didik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus diarahkan kepada pembentukan dan anggota masyarakat. Oleh karena itu, anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri dan pengetahuan tentang pengetahuannya.
c.      Sekolah kerja
Dikembangkan oleh George Kerschenteiner. Menurut dia, bentuk sekolah untuk menjadi warga negara yang baik yaitu mendidik anak agar pekerjaannya tidak merugikan masyarakat dan justru memajukannya. Oleh karena itu sekolah wajib menyiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan. Pekerjaan tersebut hendaknya juga untuk kepentingan negara. Jadi yang menjadi pusat tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa depan. Sekolah kerja ini bertolak dari pandangan bahwa pendidikan tidak hanya demi kepentingan individu tetapi juga kepentingan masyarakat. Dengan kata lain sekolah berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik, yakni :
1.     Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan.
2.     Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara.
3.     Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya, agar jalan itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan menyempurnakan dan keselamatan negara.
d.     Pengajaran Proyek
Dikembangkan oleh W.H. Kilpatrick. Ia menanamkan pengajaran proyek sebagai satu kesatuan tugas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan dikerjakan bersama-sama dengan kawan-kawannya. Menurut Kilpatrick, dengan tetap duduk di bangku masing-masing, maka pembentukan watak para peserta didik tidak dapat terlaksana.Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di indonesia. Anatara lain dengan nama pengajaran proyek, pengajaran unit dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara komprehensif, dengan kata lain memnumbuhkan kemampuan pemecahan masalah secara multi disiplin.

e.     Pengaruh gerakan baru dalam pendidikan terhadapa penyelenggaran pendidkan di Indonesia
Untuk indonesia seperti muatan lokal dalam kurikulum untuk  mendekatkan peserta didik dengan lingkungannya, berkembangnya sekolah kejuruan , pemupukan semangat kerja sama multidisiplin dalam menghadapi masalah, dan sebagainya.
B.    Dua “Aliran” Pokok Pendidikan di Indonesia
Dua “Aliran” pokok pendidikan di indonesia itu dimaksudkan adalah  Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan tentang indonesia. Oleh karena itu, kajian terhadap dua aliran terhadap aliran pokok tersebut seyogianya dalam latar Sisdiknas tersebut.
1.     Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan kebangsaan taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara (lahir 2 Mei 1889 dengan Suwardi Suryaningrat) pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta.
A.     Asas dan Tujuan Taman Siswa
a)     Kehidupan yang tertib dan damai.
b)     Dengan memberi ketegasan bahwa kemerdekaan itu hendaknya dikenakan terhadap cara siswa berpikir.
c)      Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d)     Memajukan pengajaran untuk rakyat umum daripada mempertinggi pengajaran tapi mengurangi tersebarnya pendidikan dan pengajaran.
e)     Memegang teguh asas “hidup” sehingga mampu mempertahankan kepribadiannya sepanjang masa.
f)      Keharusan untuk hidup sederhana dan hemat.
g)     Pendidik yang bekerja tanpa pamrih, ikhlas, penuh pengorbanan, demi kebahagiaan anak-anak semata-mata.
Ketujuh  asas tersebut diumumkan pada tanggal 3 Juli 1922, bertepatan dengan berdirinya Taman siswa, dan disyahkan oleh Konggres yang pertama di yogyakarta pada tanggal 7 Agustus 1930. Dalam perkembangan selanjutnya taman siswa melengkapi “Asas 1992” tersebut dalam “Dasar-Dasar 1947” yang disebut pula “Panca Dharma”,  yaitu:
1)   Kemanusiaan=> Cinta kasih terhada sesama manusia dan semua mahkluk ciptaan Tuhan.
2)   Kodrat alam => Untuk pemeliharaan dan kemajuan hidup sehingga manusia hidup selamat dan bahagia.
3)   Kebangsaan=> Tidak boleh menyombongkan bangsa sendiri, tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum.
4)   Kebudayaan=> Kebudayaan nasional harus tetap dipelihara.
5)   Kemerdekaan/kebebasan=> Apabila anak tidak diberikan kemerdekaan maka akan menghambat kemajuannya.
B.     Upaya-Upaya Pendidikan yang Dilakukan Taman Siswa
Peraturan Dasar Persatuan Taman Siswa menetapkan berbagai upaya yang dilakukan Taman Siswa, baik di Lingkungan perguruan maupun di luar lingkungan itu.
Di lingkungan perguruan, untuk mencapai tujuannya (seperti yang dinyatakan dalam pasal 8) Taman siswa berusaha dengan jalan (Pasal 9) sebagai berikut :
1)   Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat kejuruan, serta memberi pendidikan itu serba isi yang baik dan berguna untuk keperluan hidup dan penghidupan masyarakat sesuai dengan asas, dasar, dan tujuan pendidikan Taman Siswa.
2)   Mengikuti, mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa yang ada hubungannya dengan bidang-bidang, kegiatan-kegiatan Taman Siswa, untuk diambil faedah sebaik-baiknya.
3)   Menumbuhkan dan memasakkan lingkungan hidup keluarga Taman Siswa, sehingga dapat tampak benar wujud masyarakat Taman Siswa yang dicita-citakan.
4)   Meluaskan kehidupan  ke-Taman Siswa-an di luar lingkungan masyarakat perguruan, sehingga dapat terbentuk wadah yang nyata bagi jiwa Taman Siswa, agar dengan demikian ada pengaruh timbal balik antara perguruan/keluarga dan masyarakat sekitarnya pada khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya.
C.     Hasil-Hasil yang Dicapai
Taman siswa menduduki tempat khusus dalam peran perjuangannya itu. Sebagaimana tercermin pada namanya dengan mencantumkan “kebangsaan” pada tahun 1922 (jadi sebelum sumpah pemuda tahun 1928), maka Taman Siswa telah tampil sebagai pelopor persatuan dan kesatuan indonesia berdasarkan asas kebangsaan dan kebudayaan indonesia.
2.     Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang pendidik INS ( Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh Sjafei (lahir di Matan, Kalbar tahun 1895) pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (Sumatera Barat). Sekolah ini mempunyai rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah Kerjanya Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak peserta didik akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di sekolah.
A.     Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asa-asas sebagai berikut:
1)     Berpikir logis dan rasional.
2)     Keaktifan atau kegiatan
3)     Pendidikan masyarakat.
4)     Memperhatikan pembawaan anak.
5)     Menentang intelektualisme.
Setelah kemerdekaan Indonesia asas-aar tersebutpendidikan INS dikembangkan oleh Moh. Sjafeimenjadi dasar-dasar pendidikan Republik Indonesia, yakni:
1)     Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
2)     Kemanusiaan.
3)     Kesusilaan.
4)     Kebangsaan.
5)     Gabungan antara ilmu umum dan kejujuran.
B.     Usaha –Usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Beberapa hal yang perlu di kemukakan adalah memantapkan dan menyebar luaskan gagasan-gagasannya tentang pendidikan nasional, pengembangan ruang pendidik INS ( Kelembagaan,sarana/prasarana dan lain-lain), upaya pemberantasan buta huruf,penerbitan majaalaah anak-anak dan lain-lain.
Beberapa usaha yang dilakukan Ruang pendidik INS Kayu Tanam dalam bidang kelembagaan antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan seperti ruang rendah ( 7 tahun, setara sekolah dasar ),ruang dewasa ( 4 tahun sesudah ruang rendah, setara sekolah menengah)dan sebagainya.Perlu ditekankan bahwa program pendidikan INS tersebut sangat mengutamakan pendidikan keterampilan-kerajinan, dengan mengutamakan menggambar,pekerjaan tangan, dan sejenisnya ( Mohammad Sjafei,1979: 87-117).
C.     Hasil-Hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang pendidik INS Kayu Tanam mengalami masa pasang surut seirama dengan pasang-surutnya perjuangan bangsa indonesia.Seperti telah di kemukakan bahwa akibat bumi hangus pada penyeerangan Belanda tahun 1948,praktis kegiaatan nyata dari INS terhenti; dan baru di mulai kembali pada tahun 1950. Perkembanganya hanya berlangsung lambat, tetapi tidak mati seperti beberapa perguruan kebangsaan lainnya.bebeerapa orang alumni telah berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh.sjaefei yakni dasar-dasar pendidikan (1976) yang di tulis pada tahun 1968  ( cetakan kedua tahun 1979).
BAB III
KESIMPULAN

Aliran empirisme adalah aliran yang menyatakan bahwa perkembangan seorang anak tergantung pada perkembangan lingkungan saja, sementara pembawaan sejak lahir dianggap tidak mempengaruhi atau tidak penting. Aliran nativisme ini berkebalikan dengan aliran empirisme, dimana aliran nativisme ini lebih menekankan kemampuan atau potensi yang ada pada anak, sehingga faktor lingkungan seperti pendidikan dianggap kurang berpengaruh tehadap perkembangan anak.
Pandangan yang mempunyai persamaan dengan nativisme adalah aliran naturalisme. Aliran Konvergensi berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak baik faktor pembawaan maupun lingkungan sama- samamempunyai peranan yang sangat penting. Aliran pokok pendidikan di Indonesia ada 2 yaitu perguruan kebangsaan taman siswa dan ruang pendidik INS kayu taman.
BAB IV
PENUTUP
Demikian pembahasan makalah kami tentang aliran- aliran dalam pendidikan. Apabila ada kesalahan dan kami mohon maaf. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, amin.
DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja,Umar dan La Sulo.2008.Pengantar Pendidikan.Jakarta:PT RINEKA CIPTA
Dasar Ilmu Pendidikan. Materi Dasar Pendidikn Program Akta Mengajar V, Buku IIA. 1981. Jakarta: Proyek PIPT Ditjen Dikti Depdikbud.
….. 1952. Taman Siswa 30 Tahun. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa

'w Ki : �y � z n-bottom:.0001pt;text-align:center; text-indent:36.0pt;line-height:150%;vertical-align:baseline'>DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja,Umar dan La Sulo.2008.Pengantar Pendidikan.Jakarta:PT RINEKA CIPTA
Dasar Ilmu Pendidikan. Materi Dasar Pendidikn Program Akta Mengajar V, Buku IIA. 1981. Jakarta: Proyek PIPT Ditjen Dikti Depdikbud.
….. 1952. Taman Siswa 30 Tahun. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa


No comments:

Post a Comment