BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada awalnya metode pendidikan Islam
dilaksanakan secara informal. Sebagaimana dalam sejarah perkembangan pendidikan
Islam tersebar lewat perantara para pedagang sekaligus mereka juga berdakwah
menyampaikan ajaran- ajaran Islam. Dalam setiap perdagangan yang mereka
lakukan, setiap ada kesempatan mereka memberikan pendidikan dan ajaran agama
Islam.
Pendidikan dan ajaran Islam mereka
berikan melalui perbuatan, dengan contoh dan suri tauladan, sopan santun,
ikhlas, amanah, jujur, adil, menghormati adat istiadat dan lain sebagainya.
Dengan demikian tertariklah penduduk negri dengan agama Islam dan hendak masuk
Islam. Sistem pendidikan Islam informal ini, terutama yang ada dalam lingkungan
keluarga sudah diakui kemampuannya dalam menanamkan sendi- sendi agama dalam
jiwa anak- anak. Anak- anak dididik sejak kecil dalam keluarga mengenai ajaran
agama.
Sementara usaha- usaha pendidikan
agama dimasyarakat, yang dikenal dengan pendidikan non formal, ternyata mampu
menyediakan kondisi yang sangat baik dalam menunjang keberhasilan pendidikan
Islam dan memberi motivasi yang kuat bagi umat Islam untuk menyelenggarakan
pendidikan agama yang lebih baik dan lebih sempurna.
Untuk mencerdaskan dan memajukan
kehidupan suatu bangsa dan negara sesuai dengan tujuan pendidian yang telah
ditetapkan maka diadakan suatu proses pendidikan / proses belajar yang akan
memberikan pengertian, pandangan dan penyesuaian bagi seseoang atau peserta
didik kearah kedewasaan dan kematangan.
Tujuan akhir pendidikan adalah untuk
menumbuhkan dan mengembangka suatu potensi peserta didik secara teratur. Tujuan
akhir pendidikan ini akan terwujud apabila keadaan alam / lingkungan dan sosial
masyarakat memungkinkan yang relatif sesuai dengan kebutuhan manusia.
Kemungkinan keberhasilan pendidikan
Islam ini/ tujuan akhir ini akan berhasil, terdapat berbagai pandangan-
pandangan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Pandangan- pandangan tersebut
disebut juga sebagai aliran- aliran dalam pendidikan.
B. Rumusan
Masalah
A. Aliran- Aliran Klasik Dalam Pendidikan
1.
Aliran
Empirisme
2.
Aliran
Nativisme
3.
Aliran
Naturalisme
4.
Aliran
Konvergensi
B. Dua Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia
1.
Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa
2.
Ruang
Pendidik INS Kayu Tam
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Aliran-Aliran Pendidikan
Aliran-aliran
pendidikan merupakan pemikiran-pemikiran
yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung
seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikiran terdahulu
selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh
pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian
seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat
dipahami, perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus dipahami. Oleh karena
itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis
aturan-aturan pendidikan. Dalam dunia pendidikan setidaknya terdapat 3 macam
aliran pendidikan, yaitu aliran klasik, aliran modern dan aliran pendidikan
pokok di Indonesia.
1. Aliran-Aliran
Klasik dalam Pendidikan
Menurut Tim dosen 2006, aliran-aliran klasik dalam pendidikan adalah
sebagai berikut:
a.
Aliran Empirisme
Aliran
ini dimotori oleh John Locke. Aliran empirisme mengutamakan perkembangan
manusia dari segi empirik yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan
pembawaan sebagai sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah
sumber pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui.
Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga pendidikan memiliki peran
penting yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran ini melihat keberhasilan
seseorang hanya dari pengalaman (pendidikan) yang diperolehnya, bukan dari
kemampuan dasar yang merupakan pembawaan lahir.
Penganut
aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai
manusia yang pasif dan dapat dimanipulasi, seumpama melalui modifikasi tingkah
laku. Hal itu tercermin pada pandangan dari B.F. Skinner ataupun pandangan
behavior (behaviorisme) lainnya. Behaviorisme
itu menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar sebagai sasaran kajiannya,
dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar
semata-mata. Pandangan behavioral ini masih bervariasi dalam menentukan
factor-faktor apakah yang paling utama dalam proses belajar itu (Milhollan dan
Forisha, 1972: 31-79; Ivey, et.al, 1987: 231-263), sebagai berikut:
1. Pandangan
yang menekankan secara stimulus (rangsangan) terhadap perilaku seperti dalam “classical conditioning” atau respondent
learning” oleh Ivan Pavlov (1849-1936) di rusia dan Jon B. Watson (1878-1958)
di Amerika Serikat.
2. Pandangan
yang menekankan peranan dar tampak ataupun balikan dari suatu perilaku seperti
dalam “operant conditioning” atau
“instrumental learning” dari Edward L. Thorndike (1874-1949) dan Burrhus F.
Skinner (1904- ) di Amerika Serikat.
3. Pandangan
yang menekankan peranan pengamatan dan imitasi seperti dalam “observational learning”yang dipelopori
oleh N.E. Miller dan J. Dollard dengan “social learning and imitation”
(diterbitkan pada tahun 1941) dan dikembangkan lebih lanjut oleh A. Bandura
dengan “participant modeling”
(diterbitkan tahun 1976) maupun dengan “self
efficacy” (diterbitkan tahun 1982).
Beberapa
pendapat dalam pandangan behavior tersebut tidak lagi sepenuhnya ala “Tabula
Rasa” dari J. Locke, karena telah mulai
diperhatikan pula faktor-faktor internal dari manusia.
b. Aliran Nativisme
Tokoh
aliran ini adalah Arthur Schoupenhauer. Aliran nativisme menyatakan bahwa
perkembangan seseorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat
yang merupakan pembawaan seseorang akan menentukan
nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Orang yang
“berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk
menjadi baik. Orang yang “berbakat baik” akan tetap baik dan tidak perlu
dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak baik.
Istilah
nativisme berasal dari kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi aliran
nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan
berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Terdapat suatu pokok pendapat
aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat
suatu “inti” pribadi (G. Leibnitz: Monad) yang mendorong manusia untuk
mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan
sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai
kemauan bebas.
c. Aliran
Naturalisme
Aliran
ini dipelopori oleh J.J. Rousseau. Aliran naturalisme menyatakan bahwa semua
anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Anak menjadi rusak atau
tidak baik karena campur tangan manusia (masyarakat).aliran naturalisme
jugadisebut negativism yakni pendidikan hanya memiliki kewajiban untuk
memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Jadi dengan
kata lain pendidikan tidak diperlukan. Pendidikan hendaknya diserahkan kepada
alam. Dalam mendidik seorang anak
hendaknya dikembalikan kepada alam agar pembawaan yang baik tersebut tidak dirusak
oleh pendidik. Menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba
dibuat-buat (artificial) sehingga
kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak lahir itu tetap tampak
spontan dan bebas.
Namun
sampai saat ini, gagasan naturalisme yang menolak campur tangan pendidikan
tidak terbukti malah terbukti sebaliknya “Pendidikan makin lama makin
diperlukan”.
d. Aliran
Konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh William Stern. Aliran ini menyatakan
bahwa seorang anak dilahirkan di dunia di sertai pembawaan baik maupun buruk.
Keseimbangan antara faktor pembawaan dan lingkungan sangatlah penting
peranannya dalam proses perkembangan anak. Atau dapat dikatakan bakat,
pembawaan dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi
seseorang.
Karena itu teori William Stern disebut teori konvergensi (konvergen
artinya memusat ke satu titik). Jadi menurut terori konvergensi secara garis
besar menyatakan:
1.
Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.
2.
Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan
lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yag baik dan mencegah
berkembangnya poteni yang kurang baik.
3. Yang
membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
Aliran ini lebih realitis, sehingga banyak diikuti oleh pakar pendidikan.
e. Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan
di Indonesia
Aliran-aliran klasik mulai dikenal di Indonesia melalui upaya
pendidikan/ persekolahan sejak jaman penjajahan Belanda. hingga setelah
kemerdekaan, gagasan dalam aliran pendidikan masuk melalui orang-orang yang
belajar di Negara Eropa dan Amerika.
Peranan pandangan empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya
ditolak, tetapi penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan elektif fungsional
yakni diterima sesuai kebutuhan, namun diletakkan dalam latar pandangan yag
konvergensi.seperti telah dikemukakan, perkembangan manusia dipengaruhi oleh
berbagai factor, yakni hereditas, lingkungan, proses perkembangan itu sendiri
dan anugerah. Faktor terakhir itu merupakan pencerminan pengakuan atas adanya
kekusaan yang ikut menentukan nasip manusia (Sulo Lipu La Sulo, 1981: 38-46).
Khusus dalam latar
persekolahan, kini ada sejumlah pendapat yang lebih menginginkan agar peserta
didik lebih ditempatkan pda posisi yang seharusnya, yaki sebagai manusia yang
dapat dididik serta dapat mendidik dirinya sendiri. Menekankan hubungan
kesetaraan antara pendidik dan peserta didik dan diarahkan mnjadi suatu
hubungan transaksional, suatu hubungan antar individu yang member peluang baik
bagi peserta didik yang belajar, maupun bagi pendidik yang mengajar (colearner). Hubungan tersebut sesuai
dengan asas ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri
handayani, serta pendekatan cara belajar iswa aktif (CBSA) dalam kegiatan
belajar mengajar. Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang S isdiknas, peran
peserta didik dalam mengembangkan bakat, minat, dan kemampuannya itu telah
diakui dan dilindungi (antara lain pasal 23 Ayat 1, Pasal 24, Pasal 26, dll).
2.
Aliran
Pendidikan Modern di Indonesia
Menurut
Mudyahardjo (2001: 142) macam-macam aliran pendidikan modern di Indonesia
adalah sebagai berikut:
a. Progresivisme
Progresivisme
adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap
pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau
bahan pelajaran (subject-centered).
·
Tujuan
pendidikan dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja,
bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan
sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.
·
Kurikulum
pendidikan Progresivisme adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman
atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap peserta didik (experience
curriculum).
·
Metode
pendidikan Progresivisme antara lain:
- Metode
belajar aktif.
- Metode
memonitor kegiatan belajar.
- Metode
penelitian ilmiah
·
Pendidikan
berpusat pada anak.
Pendidikan
Progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak merupakan
pusat adari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Pendidikan Progresivisme
sangat memuliakan harkat dan martabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah
orang dewasa dalam betuk kecil. Anak adalah anak, yang sangat berbeda dengan
orang dewasa. Setiap anak mempunyai individualitas sendiri-sendiri, anak
mempunyai alur pemikiran sendiri, anak mempunyai keinginan sendiri, mempunyai
harapan-harapan dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan
demikian, anak harus diperlakukan berbeda dari orang dewasa.
b. Esensialisme
Esensialisme
modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes gerakan
progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial.
Menurut esensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah
nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui
kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan di dalamnya berakar
gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu. Peranan
guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.
·
Tujuan
pendidikan dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah
melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan
sepanjang waktu dan dengan demikian adlah berharga untuk diketahui oleh semua
orang. Pengetahuan ini diikuti oleh ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan
nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah
pendidikan Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi,
pengembangan intelek atau kecerdasan.
·
Metode
pendidikan:
- Pendidikan
berpusat pada guru (teacher centered).
- Peserta
didik dipaksa untuk belajar.
- Latihan
mental
·
Kurikulum
berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang
pokok. Kurikulum sekolah dasar ditekankan pada pengembangan ketrampilan dasar
dalam membaca, menulis, dan matematika.Sedangkan kurikulum pada sekolah
menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu
kealaman, serta bahasa dan sastra.
c. Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme
memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang
berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya
pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di
masyarakat
- Tujuan
pendidikan
Sekolah-sekolah
rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan
sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tujuan pendidikan
rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang
masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala
global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
- Kurikulum
dalam pendidikan rekonstruksionalisme berisi mata-mata pelajaran yang
berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum
banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi
umat manusia. Yng termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para
peserta didik sendiri, dan program-program perbaikan yang ditentukan
secara ilmiah.
d. Perennialisme
Perennialisme
adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu
ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman
kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai peranan dominan
dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut
perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena
dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi
dengan berpikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan
pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk
mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang
cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami faktor-faktor dan problema yang
perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.
·
Tujuan
pendidikan
Diharapkan
anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan
pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada
masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat
menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi,
matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan
sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
·
Kurikulum
berpusat pada mata pelajaran dan cenderung menitikberatkan pada sastra,
matematika, bahasa dan sejarah.
e. Idealisme
Aliran
idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa.
Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa
terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap
oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan
yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata
hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi
pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang
pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur,
mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Para murid
yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya
diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara
khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Para guru
tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi
satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam
pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup
bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas
anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.
Pola
pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran
tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan
masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut
paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk
masyarakat, dan campuran antara keduanya.
3.
Gerakan
Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di Indonesia
Pendidikan sebagai suatu
kegiatan yang kompleks menuntut penanganan untuk meningkatkan kualitasnya, yang
bersifat menyeluruh maupun pada beberapa komponen tertentu saja.
Gerakan-gerakan baru dalam pendidkan pada
umumnya termasuk yang kedua yakni upaya peningkatan mutu pendidkan hanya dalam
satu atau beberapa komponen saja.
a. Pengajaran
alam sekitar
Dalam pendidikan alam sekitar ditanamkan pemahaman, apresiasi,
pemanfaatan lingkungan alami dan sumber-sumber pengetahuan di luar sekolah yang
semuanya penting bagi perkembangan peserta didik sehingga peserta didik akan
mendapatkan kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia nyata. Melali
penjelajahan alam yang dlakukan, maka peserta didik akan menghayati secara
langsung tentang keadaan alam sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu
dengan serta merta memanfaatkan waktu senggangnya.
Prinsip gerakan Heimatkunde adalah:
1. Dalam
pengajaran alam sekitar ini guru dapat meragakan secara langsung.
2. Anak
aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, dan cacat saja.
3. Ciri-ciri
pengajaran alam sekitar secara totalitas adalah sebagi berikut :
o
Suatu pengajaran yang tidak mengenai
pembagian mata pelajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan
pengajaran dan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan.
o
Bahan pengajaran yang menarik perhatian anak
dan diambilkan dari alam sekitar.
o
Pengajarannya berhubung-hubngan satu sama lain seerat-eratnya secara teratur.
o
Segala sesuatu yang baru dan masuk di dalam
intelek anak , harus dapat luluhmenjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang sudah dimiliki anak.
b. Pengajaran
pusat perhatian
Ditemukan
oleh Ovide Decroly. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian anak. Dari pusat
perhatian ini kemudian diambil pelajaran-pelajaran lain. Dalam pengajaran ini
anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan dilayani. Anak
harus didik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam
masyarakat, anak harus diarahkan kepada pembentukan dan anggota masyarakat.
Oleh karena itu, anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri dan
pengetahuan tentang pengetahuannya.
c. Sekolah
kerja
Dikembangkan
oleh George Kerschenteiner. Menurut dia, bentuk sekolah untuk menjadi warga
negara yang baik yaitu mendidik anak agar pekerjaannya tidak merugikan
masyarakat dan justru memajukannya. Oleh karena itu sekolah wajib menyiapkan
peserta didik untuk suatu pekerjaan. Pekerjaan tersebut hendaknya juga untuk
kepentingan negara. Jadi yang menjadi pusat tujuan pengajaran adalah kerja
untuk menatap masa depan. Sekolah
kerja ini bertolak dari pandangan bahwa pendidikan tidak hanya demi kepentingan
individu tetapi juga kepentingan masyarakat. Dengan kata lain sekolah
berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik, yakni :
1. Tiap
orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan.
2. Tiap
orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara.
3. Dalam
menunaikan kedua tugas tersebut haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya,
agar jalan itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan menyempurnakan
dan keselamatan negara.
d. Pengajaran
Proyek
Dikembangkan
oleh W.H. Kilpatrick. Ia menanamkan pengajaran proyek sebagai satu kesatuan
tugas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan dikerjakan bersama-sama
dengan kawan-kawannya. Menurut Kilpatrick, dengan tetap duduk di bangku
masing-masing, maka pembentukan watak para peserta didik tidak dapat terlaksana.Pengajaran proyek biasa
pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di indonesia. Anatara lain
dengan nama pengajaran proyek, pengajaran unit dan sebagainya. Yang perlu
ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang
dan memecahkan persoalan secara komprehensif, dengan kata lain memnumbuhkan
kemampuan pemecahan masalah secara multi disiplin.
e. Pengaruh
gerakan baru dalam pendidikan terhadapa penyelenggaran pendidkan di Indonesia
Untuk
indonesia seperti muatan lokal dalam kurikulum untuk mendekatkan peserta didik dengan
lingkungannya, berkembangnya sekolah kejuruan , pemupukan semangat kerja sama
multidisiplin dalam menghadapi masalah, dan sebagainya.
B.
Dua
“Aliran” Pokok Pendidikan di Indonesia
Dua “Aliran” pokok
pendidikan di indonesia itu dimaksudkan adalah
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam.
Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan tentang
indonesia. Oleh karena itu, kajian terhadap dua aliran terhadap aliran pokok
tersebut seyogianya dalam latar
Sisdiknas tersebut.
1. Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan kebangsaan taman
siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara (lahir 2 Mei 1889 dengan Suwardi
Suryaningrat) pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta.
A. Asas dan Tujuan Taman Siswa
a) Kehidupan
yang tertib dan damai.
b) Dengan
memberi ketegasan bahwa kemerdekaan itu hendaknya dikenakan terhadap cara siswa
berpikir.
c) Bahwa
pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d) Memajukan
pengajaran untuk rakyat umum daripada mempertinggi pengajaran tapi mengurangi
tersebarnya pendidikan dan pengajaran.
e) Memegang
teguh asas “hidup” sehingga mampu mempertahankan kepribadiannya sepanjang masa.
f) Keharusan
untuk hidup sederhana dan hemat.
g) Pendidik
yang bekerja tanpa pamrih, ikhlas, penuh pengorbanan, demi kebahagiaan
anak-anak semata-mata.
Ketujuh asas tersebut diumumkan pada tanggal 3 Juli
1922, bertepatan dengan berdirinya Taman siswa, dan disyahkan oleh Konggres
yang pertama di yogyakarta pada tanggal 7 Agustus 1930. Dalam perkembangan
selanjutnya taman siswa melengkapi “Asas 1992” tersebut dalam “Dasar-Dasar
1947” yang disebut pula “Panca Dharma”, yaitu:
1) Kemanusiaan=> Cinta
kasih terhada sesama manusia dan semua mahkluk ciptaan Tuhan.
2) Kodrat alam => Untuk
pemeliharaan dan kemajuan hidup sehingga manusia hidup selamat dan bahagia.
3) Kebangsaan=> Tidak
boleh menyombongkan bangsa sendiri, tidak boleh bertentangan dengan kepentingan
umum.
4) Kebudayaan=>
Kebudayaan nasional harus tetap dipelihara.
5) Kemerdekaan/kebebasan=> Apabila anak
tidak diberikan kemerdekaan maka akan menghambat kemajuannya.
B. Upaya-Upaya Pendidikan
yang Dilakukan Taman Siswa
Peraturan Dasar Persatuan Taman Siswa menetapkan berbagai upaya yang
dilakukan Taman Siswa, baik di Lingkungan perguruan maupun di luar lingkungan
itu.
Di lingkungan perguruan, untuk mencapai tujuannya (seperti yang
dinyatakan dalam pasal 8) Taman siswa berusaha dengan jalan (Pasal 9) sebagai
berikut :
1) Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk
perguruan dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi, baik yang bersifat umum
maupun yang bersifat kejuruan, serta memberi pendidikan itu serba isi yang baik
dan berguna untuk keperluan hidup dan penghidupan masyarakat sesuai dengan
asas, dasar, dan tujuan pendidikan Taman Siswa.
2) Mengikuti, mempelajari perkembangan dunia di
luar Taman Siswa yang ada hubungannya dengan bidang-bidang, kegiatan-kegiatan
Taman Siswa, untuk diambil faedah sebaik-baiknya.
3) Menumbuhkan dan memasakkan lingkungan hidup
keluarga Taman Siswa, sehingga dapat tampak benar wujud masyarakat Taman Siswa
yang dicita-citakan.
4) Meluaskan kehidupan ke-Taman Siswa-an di luar lingkungan
masyarakat perguruan, sehingga dapat terbentuk wadah yang nyata bagi jiwa Taman
Siswa, agar dengan demikian ada pengaruh timbal balik antara perguruan/keluarga
dan masyarakat sekitarnya pada khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya.
C. Hasil-Hasil yang Dicapai
Taman siswa menduduki tempat khusus dalam
peran perjuangannya itu. Sebagaimana tercermin pada namanya dengan mencantumkan
“kebangsaan” pada tahun 1922 (jadi sebelum sumpah pemuda tahun 1928), maka
Taman Siswa telah tampil sebagai pelopor persatuan dan kesatuan indonesia
berdasarkan asas kebangsaan dan kebudayaan indonesia.
2. Ruang
Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang pendidik INS ( Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh
Sjafei (lahir di Matan, Kalbar tahun 1895) pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu
Tanam (Sumatera Barat). Sekolah
ini mempunyai rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah
Kerjanya Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak
peserta didik akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang
dewasa yang merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di sekolah.
A. Asas
dan Tujuan Ruang
Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang
Pendidik INS mempunyai asa-asas sebagai berikut:
1) Berpikir logis dan rasional.
2) Keaktifan atau kegiatan
3) Pendidikan masyarakat.
4) Memperhatikan pembawaan anak.
5) Menentang intelektualisme.
Setelah kemerdekaan
Indonesia asas-aar tersebutpendidikan INS dikembangkan oleh Moh. Sjafeimenjadi dasar-dasar
pendidikan Republik Indonesia, yakni:
1) Ke-Tuhanan
Yang Maha Esa.
2) Kemanusiaan.
3) Kesusilaan.
4) Kebangsaan.
5) Gabungan
antara ilmu umum dan kejujuran.
B. Usaha
–Usaha Ruang Pendidik INS
Kayu Tanam
Beberapa hal yang perlu di kemukakan adalah memantapkan dan menyebar
luaskan gagasan-gagasannya tentang pendidikan nasional, pengembangan ruang
pendidik INS ( Kelembagaan,sarana/prasarana dan lain-lain), upaya pemberantasan
buta huruf,penerbitan majaalaah anak-anak dan lain-lain.
Beberapa usaha yang dilakukan Ruang pendidik INS Kayu
Tanam dalam bidang kelembagaan antara
lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan seperti
ruang rendah ( 7 tahun, setara sekolah
dasar ),ruang dewasa ( 4 tahun sesudah ruang rendah, setara sekolah
menengah)dan sebagainya.Perlu ditekankan bahwa program pendidikan INS tersebut
sangat mengutamakan pendidikan keterampilan-kerajinan, dengan mengutamakan
menggambar,pekerjaan tangan, dan sejenisnya ( Mohammad Sjafei,1979: 87-117).
C. Hasil-Hasil
yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang pendidik INS Kayu Tanam mengalami masa pasang surut seirama
dengan pasang-surutnya perjuangan bangsa indonesia.Seperti telah di kemukakan
bahwa akibat bumi hangus pada penyeerangan Belanda tahun 1948,praktis kegiaatan
nyata dari INS terhenti; dan baru di mulai kembali pada tahun 1950.
Perkembanganya hanya berlangsung lambat, tetapi tidak mati seperti beberapa
perguruan kebangsaan lainnya.bebeerapa orang alumni telah berhasil menerbitkan
salah satu tulisan Moh.sjaefei yakni dasar-dasar pendidikan (1976) yang di
tulis pada tahun 1968 ( cetakan kedua
tahun 1979).
BAB
III
KESIMPULAN
Aliran
empirisme adalah aliran yang menyatakan bahwa perkembangan seorang anak tergantung
pada perkembangan lingkungan saja, sementara pembawaan sejak lahir dianggap
tidak mempengaruhi atau tidak penting. Aliran nativisme ini berkebalikan dengan
aliran empirisme, dimana aliran nativisme ini lebih menekankan kemampuan atau
potensi yang ada pada anak, sehingga faktor lingkungan seperti pendidikan
dianggap kurang berpengaruh tehadap perkembangan anak.
Pandangan
yang mempunyai persamaan dengan nativisme adalah aliran naturalisme. Aliran
Konvergensi berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak baik faktor
pembawaan maupun lingkungan sama- samamempunyai peranan yang sangat penting. Aliran
pokok pendidikan di Indonesia ada 2 yaitu perguruan kebangsaan taman siswa dan
ruang pendidik INS kayu taman.
BAB IV
PENUTUP
Demikian pembahasan makalah kami
tentang aliran- aliran dalam pendidikan. Apabila ada kesalahan dan kami mohon
maaf. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, amin.
DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja,Umar dan La Sulo.2008.Pengantar Pendidikan.Jakarta:PT RINEKA CIPTA
Dasar
Ilmu Pendidikan.
Materi Dasar Pendidikn Program Akta Mengajar V, Buku IIA. 1981. Jakarta: Proyek
PIPT Ditjen Dikti Depdikbud.
….. 1952. Taman Siswa 30 Tahun. Yogyakarta:
Majelis Luhur Taman Siswa
Tirtarahardja,Umar dan La Sulo.2008.Pengantar Pendidikan.Jakarta:PT RINEKA CIPTA
Dasar
Ilmu Pendidikan.
Materi Dasar Pendidikn Program Akta Mengajar V, Buku IIA. 1981. Jakarta: Proyek
PIPT Ditjen Dikti Depdikbud.
….. 1952. Taman Siswa 30 Tahun. Yogyakarta:
Majelis Luhur Taman Siswa
No comments:
Post a Comment