MAKALAH PENGELOLAAN KELAS
A.
Pengertian
Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan
dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah
awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”.
Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang
berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.(Djamarah 2006:175).
“Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada
semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian
tujuan”Dekdibud (dalam Rachman 1997:11). Pengelolaan dalam pengertian umum
menurut Arikunto (dalam Djamarah 2006:175) adalah pengadministrasian pengaturan
atau penataan suatu kegiatan. Menurut Hamalik (dalam Djamarah 2006:175) ”Kelas
adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang
mendapat pengajaran dari guru”. Sedangkan menurut Ahmad (1995:1) “Kelas ialah
ruangan belajar dan atau rombongan belajar”. Hadari Nawawi memandang kelas dari
dua sudut.
1.
Kelas
dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat
sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam
pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan
siswa menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada batas umur
kronologis masing-masing.
2.
Kelas
dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja
yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang
kreatif untuk mencapai suatu tujuan (djamarah2006:176).
Ahmad (1995:1) menyatakan “Pengelolaan kelas adalah segala
usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
kemampuan. ”Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan
proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada
persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang
belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan,
waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan
kurikuler dapat tercapai.
“Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.” (Mulyasa 2006:91).
“Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.” (Mulyasa 2006:91).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh
guru untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang
mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar,
mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar yang baik sehingga
tujuan kurikuler dapat tercapai.
B.
Tujuan
dan Pendekatan Pengelolaan Kelas
1.
Tujuan
Pengelolaan Kelas
Menurut Ahmad (1995:2) bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah
sebagai berikut:
v mewujudkan situasi dan kondisi
kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
v menghilangkan berbagai hambatan yang
dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
v menyediakan dan mengatur fasilitas
serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai
dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
v membina dan membimbing sesuai dengan
latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah
2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan
pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar
siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja.
Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan
pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib
sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisian.
2.
Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
a.
Pendekatan
Kekuasaan
Pengelolaan
kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk
mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati
anggota kelas.
b.
Pendekatan
Ancaman
Dari
pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai
suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol
tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya larangan,
ejekan, sindiran, dan paksaan.
c.
Pendekatan
Kebebasan
Pengelolaan
diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan di mana saja. Peranan guru adalah
mengusahakansemaksimal mungkin kebebasan anak didik.
d.
Pendekatan
Resep
Pendekatan
resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru
dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar
itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan
guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
e.
Pendekatan
Pengajaran
Pendekatan
ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan
memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan
tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku
anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan
pelajaran yang baik.
f.
Pendekatan
Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai
suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah
mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang
kurang baik.
Pendekatan
berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini
bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral. Program atau kegiatan yang
yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan
menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari
tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut
pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan
memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas
diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada
gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
g.
Pendekatan
Sosio-Emosional
Pendekatan
sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi
yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara
guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Di dalam hal ini guru merupakan
kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru
mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi
di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap
mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
h.
Pendekatan
Kerja Kelompok
Dalam
pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama
kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru
untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok
yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar
tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat
mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi
masalah-masalah pengelolaan.
i.
Pendekatan
Elektis atau Pluralisti
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada
potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih
berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan
pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam
situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan
tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan
kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi
untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses
belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan
secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan
penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun)
kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi
kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
C.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pengelolaan Kelas
“Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas
dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.”
(Djamarah 2006:184). Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi,
pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing
menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan
sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis,
intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana
lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan
sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin
banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung
lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas
cenderung lebih kecil terjadi konflik.
D.
Masalah-masalah dalam Pengelolaan
Kelas
Masalah-masalah
dalam pengelolaan kelas dibagi menjadi 2, yakni:
1.
Masalah
Individual
Masalah-masalah individual di dalam kelas dapat berupa:
a. attention
getting behaviors
(pola perilaku mencari perhatian).
b. power
seeking behaviors
(pola perilaku menunjukkan kekuatan).
c. revenge
seeking behaviors
(pola perilaku menunjukkan balas dendam).
d. helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Keempat
masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau
perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi
juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
2.
Masalah
Kelompok
Berikut masalah kelompok yang timbul
dalam pengelolaan kelas.
o
Kelas
kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi,
dan sebagainya.
o
Penyimpangan
dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
o
Kelas
mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.
o
“Membombong”
anggota kelas yang melanggar norma kelompok.
o
Kelompok
cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
o
Semangat
kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang
diberikan kurang fair.
o
Kelas
kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
E.
Peran Guru dalam Strategi Pengelolaan Kelas
Pada
dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam
menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu
guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten
akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih
mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang
optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam
proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator,
(b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan
(d) guru sebagai valuator.
a)
Guru
Sebagai Demonstrator
Guru
menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada orang tua
yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa tersebut akan
menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru. Guru adalah acuan
bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya
sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai demonstrator dapat
diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh bagi peserta didik.
b)
Guru
Sebagai Evaluator
Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian
pembelajaran karena setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat
baik kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan,
pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain :
-
Mengetahui - Mengerti - Mengaplikasikan - Analisis -
Sintesis (analisis dalam berbagai sudut) - Evaluasi
Manfaat
evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga hasil nilai
ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk mencari
kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal-hal yang paling penting
dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh semua aspek baik efektif,
kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan pola
hasil evaluasi dan proses evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai
proses instrument harus terbuka
c)
Guru
Sebagai Pengelola Kelas
Tanpa
kemampuan ini maka performence dan
karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan.
Guru Sebagai Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan
motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru
sebagai pengelola kelas : Merancang tujuan pembelajaran, mengorganisasi
beberapa sumber pembelajaran, memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa.
Ada 2 macam dalam memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan
reaward. Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran
d)
Guru Sebagai Fasilitator
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yang akan
diajarkan juga media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga
termasuk sebagai sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru.
Seorang siswa mempunyai beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh
karena itu pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu siswa
agar mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk merancang media pembelajaran
adalah hal yang pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan
diajarkan bisa dapat diserap dengan mudah oleh peserta didik. Media
pembelajaran di dalam kelas sangat banyak sekali macamnya misalkan torsu, chart
maket, LCD, OHP/OHT, dll.
F.
Jenis-jenis Pengelolaan Kelas
Apabila ditinjau dari sifatnya, pengelolaan kelas dapat dibedakan
menjadi dua.
1.
Pengelolaan
kelas yang bersifat preventif.
Dikatakan secara preventif apabila upaya yang dilakukan atas
dasar inisiatif guru untuk menciptakan suatu kondisi dari kondisi masa menjadi
interaksi pendidikan dengan jalan menciptakan kondisi baru yang menguntungkan
bagi proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas yang preventif ini dapat berupa
tindakan, contoh atau pemberian informasi yang dapat diberikan kepada siswa
sehingga akan berkembang motivasi yang tinggi, atau agar motivasi yang sudah
baik itu tidak dinodai oleh tindakan siswa yang menyimpang sehingga mengganggu
proses belajar mengajar di kelas (Nurhadi,1983: 163).
Keterampilan
yang berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran ini, dapat ditunjukkan melalui sikap tanggap guru,
bahwa guru hadir bersama anak didik. Guru tahu kegiatan mereka apakah
memperhatikan atau tidak. Seolah-olah mata guru ada di belakang kepala,
sehingga guru dapat menegur mereka walaupun sedang menulis di papan tulis.
2.
Pengelolaan
kelas yang bersifat kuratif
Pengelolaan kelas secara kuratif adalah pengelolaan kelas
yang dilaksanakan karena terjadi penyimpangan pada tingkah laku siswa sehingga
mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Dalam hal ini kegiatan pengelolaan
kelas akan berusaha menghentikan tingkah laku yang menyimpang tersebut dan
kemudian mengarahkan terciptanya tingkah laku siswa yang mendukung
terselenggaranya proses belajar mengajar dengan baik (Nurhadi, 1983: 163).
G.
Pengaturan Kelas dan Penerapan Suatu
System dalam Mengelola Kelas
1.
Pengaturan
Kelas
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas
agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk
belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh. Dalam kegiatan belajar mengajar
terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya pengajaran, dalam
arti tercapainya tujuan-tujuan intruksional, sangat bergantung kepada kemampuan
mengatur kelas. Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah
belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru
memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan
pengorganisasian kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu
rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas
yang efektif, misalnya:
v pengaturan penggunaan waktu yang
tersedia untuk setiap pelajaran.
v pengaturan ruangan dan perabotan
pelajaran dikelas agar tercipta suasana yang menggairahkan dalam belajar.
v pengelompokan siswa dalam belajar
disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa itu sendiri.
2.
Penerapan Suatu Sistem dalam Mengelola Kelas
Mengelola kelas itu merupakan pembuatan
keputusan-keputusan yang direncanakan bukan keputusan-keputusan spontan yang
diambil dalam keadaan darurat jika seorang guru, dalam keadaan marah dan
prustasi menyuruh terhadap siswa kepada kepala sekolah dan disitu ditegur,
mungkin si guru telah tenang kembali merasa bahwa hukuman tersebut
terlalu berat apabila telah terjadi lagi pelanggaran serupa oleh siswa lain
haruskah guru berbuat seperti itu lagi? Jika demikian, ia bertindak tidak adil tetapi
tidak bertindak demikian, ia tidak konsisten biasanya antisipasi terhadap
timbulnya masalah-masalah dikelas akan menolong guru dari dilema-dilema
seperti itu. Dasar dari pendekatan yaitu bahwa perilaku yang baik di kelas
sebagian dapat dibentuk dengan cara memberikan ganjaran atau tidak.
a. Teknik mendekati. Bila seorang siswa mulai bertingkah,
satu teknik yang biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya. Kehadiran guru
bisa membuatnya takut, dan karena itu dapat menghentikannya dari perbuatan yang
disruptif, tanpa perlu menegur andai kata siswa mulai menampakan kecenderungan
berbuat nakal, memindahkan tempat duduknya ke meja guru dapat berefek
preventif.
b. Teknik memberikan isyarat. Apabila
siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang
diawasi isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau
lambaian tangan.
c. Teknik mengadakan humor. Jika insiden itu kecil,
setidaknya guru memandang efek saja, dengan melihatnya secara humoristis, guru
akan dapat mempertahankan suasana baik, serta memberikan peringatan kepada si
pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.
d. Teknik tidak mengacuhkan. Untuk menerapkan cara ini guru
harus lues dan tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya.
Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa
siswa untuk diperhatikan.
e. Teknik yang keras. Guru dapat menggunakan
teknik-teknik yang keras apabila ia dihadapkan pada perilaku disruptif yang
jelas tidak terkendalikan. Contohnya mengeluarkannya dalam kelas.
f. Teknik mengadakan diskusi secara
terbuka. Bila
kenakalan di kelas mulai bertambah, sering guru menjadi heran, ia lalu menilai
kembali tindakan dan pengajarannya, untuk menjelaskan perbuatan-perbuaatan
siswa-siswanya. Dan menciptakan suasana belajar yang sedikit lebih sesuai
daripada sebelumnya.
g. Teknik memberikan penjelasan tentang
prosedur. Kadang-kadang
masalah kedisiplinan ada hubungannya yang langsung dengan ketidakmampuan siswa
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Kesulitan ini terjadi apbila guru
berasumsi bahwa siswa memiliki keterampilan, padahal sebenarnya tidak. Masalah yang hampir sama yaitu masalah-masalah
perilaku yang lazimnya berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa
dikelas.
h. Mengadakan analisis. Kadang-kadang terjadi hampir terus
menerus berbuat kenakalan, guru dapat mengetahui masalah yang akan dihadapinya
dan mengurangi keresahan siswanya.
i.
Mengadakan
perubahan kegiatan. Apabila
gangguan di kelas meningkat jumlahnya, tindakan yang harus segera diambil yaitu
mengubah apa yang sedang anda lakukan. Jika biasanya diskusi, maka ubahlah
dengan memberikan ringkasan-ringkasan untuk dibaca atau menyuruh mereka membaca
buku-buku pilihan mereka.
j.
Teknik
menghimbau. Kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap tenang”. Ucapan
tersebut adakalanya membawa hasil; siswa memperhatikannya. Tetapi apabila
himbauan sering digunakan mereka cenderung untuk tidak menggubrisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ekosiswoyo,
Rasdi dan Maman Rachman. 2000. Manajemen Kelas. Semarang: IKIP Semarang Press.
Harsanto,
Radno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius.
Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta
Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Rulam. 2010. Materi Pengelolaan
Kelas. http://www.infodiknas.com/bab-1-definisi-pengelolaan-kelas/. (8 Desember
2011).
Saiful, Bahri Djamarah dan Aswan
Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Septa, Kurnia.2008. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas. http://www.sekolahdasar.net/2009/02/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas.html. (8 Desember 2011).
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengelolaan Kelas. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/pengelolaan-kelas/. (8 Desember 2008).

No comments:
Post a Comment